Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) alias BNC melaporkan nasabah kelas atas atau nasabah kaya cenderung lebih sensitif terhadap pergerakan suku bunga dibandingkan dengan masyarakat menengah ke bawah.
Direktur Bisnis BNC Aditya Windarwo menyebutkan bahwa apabila terjadi penurunan tipis terkait suku bunga, biasanya nasabah kelas atas yang berorientasi pada keuntungan langsung beralih ke bank lain yang menawarkan suku bunga simpanan yang lebih tinggi
"Justru yang high end lebih matre, ketika duitnya banyak, begitu bunga turun sedikit, istilahnya beda goceng langsung pindah," ujarnya dalam Media Group Interview, pekan lalu (8/5/2024).
Dia menggambarkan sensitivitas terhadap pergerakan suku bunga itu memang tergantung pada jumlah uang yang ditempatkan pada rekening bank.
Misalnya, ketika seseorang menempatkan Rp500.000 dengan Rp50 miliar dalam rekening bank yang menawarkan suku bunga simpanan 8%, maka perbedaan dalam jumlah yang diperoleh antarkeduanya sangat signifikan. Justru, Aditya mencermati, masyarakat menengah ke bawah lebih peka terhadap manfaat yang diberikan pihak bank.
"Saya lihat masyarakat menengah ke bawah secara pricing tidak sensitif, tapi mereka lebih sensitif terhadap benefit yang didapatkan, misal kemudahan tarik tunai, jumlah free transfer, touch point, itu mereka lebih sensitif,” ucapnya.
Lebih lanjut, dia menyebut saat ini anak muda Indonesia cenderung menyukai e-wallet dibanding membuka rekening bank konvensional. Sayangnya, mereka juga menyadari bahwa e-wallet memiliki keterbatasan, terutama dalam hal kemampuan seperti kemampuan untuk mengajukan pinjaman atau melakukan pembayaran tagihan.
Alhasil, Bank Neo ingin memanfaatkan peluang ini dengan menawarkan solusi yang lebih komprehensif dan fleksibel
"Jadi positioning Bank Neo menjadi lebih komplit dari e-wallet dan bisa melakukan penetrasi lebih fleksibel dibanding bank konvensional. Pasalnya, proses on boarding sangat seamless. Kapabilitasnya bukan hanya seperti e-wallet, tapi juga bisa ajukan loan, bayar cicilan dan sebagainya," ujarnya.
Hingga akhir tahun ini, BNC menargetkan pertumbuhan kredit hingga level 20% secara tahunan. Adapun, secara industri, OJK sebelumnya telah menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 9% hingga 11% pada 2024.
Bank Neo juga membidik pertumbuhan aset yang lebih besar daripada tahun lalu, sedangkan untuk dana pihak ketiga (DPK), perseroan ingin porsi dana murah atau CASA bisa mencapai 30% dari total DPK pada tahun ini. "Untuk NPL kami at least di 3,5% gross ya maksimumnya," kata Aditya.
Adapun, sepanjang 2023, BNC telah menyalurkan kredit senilai Rp10,78 triliun pada 2023, tumbuh 5,26% yoy. Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank naik dari 13,83% pada 2022 menjadi 18,39% pada 2023.
Sementara itu, bank mencatatkan perbaikan pada efisiensinya, di mana beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) susut dari 127,28% pada 2022 menjadi 112,27% pada 2023. Semakin turun rasio BOPO menunjukkan semakin efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya.
Dari sisi aset bank, terdapat penurunan sebesar 7,74% yoy menjadi Rp18,16 triliun pada 2023. Di sisi lain, bank telah menjaga kualitas asetnya. Tercatat, rasio kredit bermasalah atau NPL nett BNC turun dari 2,05% pada 2022 menjadi 0,95% pada 2023.
BNC mencatatkan penurunan DPK 4% yoy menjadi Rp13,87 triliun pada 2023. Dana murah atau current account saving account (CASA) BNC pun turun 3,24% menjadi Rp3,99 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel