Sri Mulyani Targetkan Nilai Tukar Rupiah Pada Pemerintah Prabowo Maksimal Rp16.000

Bisnis.com,21 Mei 2024, 01:30 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Menkeu Sri Mulyani menyampaikan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM-PPKF) untuk tahun anggaran 2025 di rapat paripurna DPR RI, Senin (20/5/2024). Dok Youtube TV Parlemen

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah mulai melaporkan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2025 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), di mana termasuk merancang target nilai tukar rupiah maksimal di angka Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS). 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan berdasarkan kondisi ekonomi dunia maupun domestik, pemerintah menargetkan nilai tukar rupiah pada tahun pertama pemerintahan Prabowo dapat terjaga di rentang Rp15.300 hingga Rp16.000 per dolar AS. 

“Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS diperkirakan berada di rentang Rp15.300,00-Rp16.000,00,” tuturnya di kompleks Parlemen, Senin (20/5/2024). 

Adapun, rupiah pada penutupan pasar sore ini tercatat melemah dengan turun ke level Rp15.978 per dolar AS. Di mana rupiah harus turun 0,14% atau 23 poin ke posisi Rp15.978 per dolar AS. Adapun indeks dolar terpantau naik 0,03% ke level 104,360.

Mengutip dari dokumen KEM-PPKF, Sri Mulyani berharap kondisi ekonomi domestik terus mengalami perbaikan. 

Kondisi tersebut menjadi salah satu syarat untuk mendukung stabilitas nilai tukar tetap terjaga dalam kisaran. 

Terjaganya nilai tukar tersebut menjadi salah satu cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dengan target pemerintahn pada tahun depan di rentang 5,1% hingga 5,5% (year-on-year/yoy). 

Kinerja pasar keuangan domestik yang lebih baik diharapkan dapat terus mendukung kepercayaan asing dan arus modal masuk ke Indonesia. Sementara itu, perbaikan dan pengembangan kinerja sektor riil dan industri diharapkan akan terus membuka peluang masuknya investasi langsung dan meningkatkan kinerja ekspor Indonesia. 

Inflasi yang tetap terjaga rendah diharapkan akan memberikan peluang untuk pelonggaran kebijakan moneter, yang juga turut mendukung kinerja sektor riil.  

Meskipun demikian, Bendahra Negara tersebut masih menyoroti adanya risiko terutama dari pelonggaran kebijakan moneter global yang lebih lambat dariyang diperkirakan. Hal ini dapat memicu gejolak arus modal di dalam negeri. 

“Kami optimistis, dengan kerja keras dan komitmen bersama dalam menjaga stabilitas ekonomi serta komitmen untuk melakukan terobosan kebijakan, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas yang pada tahun 2025,” tuturnya. 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Ridwan
Terkini