Skema Student Loan Dibahas, Bankir BCA Sebut Siapkan Pilot Project

Bisnis.com,21 Mei 2024, 06:33 WIB
Penulis: Arlina Laras
Karyawan melayani nasabah mengenai kredit di BCA beberapa waktu lalu. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemain bank besar Tanah Air, seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) hingga PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) memberikan sikapnya usai Otoritas Jasa Keuangan mendorong bank untuk membuka student loan dengan bunga yang lebih murah.

Sebagaimana diketahui, peningkatan signifikan uang kuliah tunggal (UKT) di beberapa perguruan tinggi negeri atau PTN masih menjadi polemik di tengah meluasnya aksi protes yang muncul dari kalangan mahasiswa. 

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyebut pihaknya bersedia menjajaki skema student loan setelah adanya dorongan atau perintah dari regulator. Bahkan, BCA akan mengambil langkah awal dengan melakukan pilot project

“Nanti kita pelajari [program student loan], dengan mengetahui siapa yang menerima [calon debitur], lalu kebutuhannya seperti apa. Intinya akan ada suatu list [daftar], apa aja yg harus kita perhatikan [untuk student loan],” ujarnya pada awak media di Jakarta, Senin (20/5/2024)

Menurutnya, risiko yang mengintai bakal tergantung dengan sang debitur.

Lebih lanjut, Jahja menekankan pentingnya melihat asal universitas mahasiswa tersebut, terutama jika mahasiswa tersebut sudah mendekati tahap akhir pendidikannya. Ini dikarenakan jika mahasiswa tersebut terpaksa harus putus sekolah sebelum menyelesaikan pendidikannya, maka risiko pinjaman menjadi lebih tinggi.

“Kalau [orang yang kita kasih] ternyata orang yang berkualitas, lalu sudah lulus kerjanya bagus, ya itu baik,” imbuhnya

Hal senada disampaikan Direktur Utama BSI Hery Gunardi yang juga menyebut potensi yang dimiliki atas student loan kepada mahasiswa sebagai bagian dari pembiayaan perbankan. 

“Ketika masuk pembiayaan, artinya kita harus pelajari siapa target marketnya, lalu mengenai repayment capacity. Jadi, logikanya pembiayaan itu harus balik,” ujarnya. 

Adapun, sejauh ini, kata Hery, BSI telah memberikan banyak beasiswa, tetapi beasiswa tersebut tidak berbentuk pinjaman melainkan bantuan atau hibah (grant) yang diberikan sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) 

“Karena bank syariah punya dana sosial bank syariah,” ujarnya. 

Justru, perbankan yang sudah lebih dulu mencicipi kue atas produk student loan adalah BNI. Namun, Direktur Human Capital and Compliance BNI Mucharom mengatakan untuk saat ini program tersebut masih dalam tahap re-evaluasi. 

“Kita dulu masih berikan pinjaman ke mahasiswa, seiring berjalan waktu kita lihat program itu rasanya perlu review lagi, ini sedang kita formulasikan [ulang],” ujarnya.

Adapun, untuk mengantisipasi risiko atas produk ini, pihakya membuat guidance, misal melakukan penilaian universitas, termasuk riwayat kerja sama institusi pendidikan dengan perseroan

“[Student loan sebenarnya] punya potensi baik. Contoh beberapa universitas sempat bekerja sama dengan kita, maksudnya pengelolaan keuangan mahasiswanya di kita, pengelolaan dana universitasnya juga di kita,” ucapnya 

Sebelumnya, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar juga mengungkapkan perseroan saat ini tengah mempersiapkan program student loan yang cocok untuk para mahasiswa Indonesia. Menurutnya, mahasiswa di Indonesia saat ini sudah semakin mengenal berbagai produk jasa keuangan mulai dari tabungan, investasi, hingga pembiayaan.

Di samping itu, mahasiswa Indonesia juga memiliki kemampuan untuk mengatur keuangan yang baik dalam rangka mencapai berbagai target-target pembangunan kariernya.

Sebagai Bank Kampus, Royke menyebutkan, produk pembiayaan pendidikan dari BNI akan memiliki tingkat pembiayaan yang akomodatif dengan tenor tiga hingga lima tahun.

Sejauh ini ada lima kampus yang akan menjadi pilot project antara lain Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Airlangga (Unair).

"Kami harap produk ini dapat menjadi solusi dari kebutuhan pembiayaan pendidikan yang semakin tinggi. Semoga semakin banyak mahasiswa yang paham terhadap produk perbankan dan dapat memanfaatkannya dengan sebaik mungkin," sebutnya dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, dalam hal solusi keuangan kepada para mahasiswa, khususnya ITB, saat ini BNI telah menyiapkan fasilitas program cicilan 0% tenor 3, 6 dan 12 bulan beserta cashback untuk Kartu Kredit Affinity BNI-ITB.

Di samping itu, terdapat juga program cicilan 0% dengan tenor 3 dan 6 bulan untuk jenis Kartu Kredit BNI lainnya yang akan berjalan dalam waktu dekat.

"Harapannya program ini mampu menjadi alternatif untuk membantu meringankan mahasiswa dan orangtua dalam hal membayar UKT atau SPP," imbuhnya.

Komentar Pengamat

Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo menilai dorongan OJK agar bank memiliki produk student loan ini dipicu kasus terjebaknya mahasiswa pada pinjol dan munculnya pemberitaan kerjasama bbrp kampus dengan pinjol.

Bahkan, katanya bank dapat memanfaatkan student loan sebagai peluang bisnis yang menjanjikan.  Di mana, bank mampu mengakuisisi calon nasabah potensial masa depan, memperluas jangkauan nasabah, meningkatkan pendapatan, dan membangun citra positif sebagai lembaga yang peduli pendidikan.  

Namun, dia menyebut risiko kredit macet dari pelajar, biaya operasional dan minimnya pengalaman mengelola kredit pelajar juga menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan

“Ketidakpastian regulasi terkait student loan pun bisa menghambat minat bank untuk terjun ke bisnis ini,” ujarnya pada Bisnis.

Alhasil, menurutnya diperlukan pengawasan ketat dari OJK untuk mencegah praktik yang tidak sehat terkait student loan.

“Regulator juga harus sadar bahwa jalannya tak mudah.  [Regulator perlu] menyusun skema yang tepat, membangun infrastruktur pendukung, dan meningkatkan literasi keuangan para pelajar,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini