Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja kredit perbankan tetap moncer meskipun suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tetap pada level tinggi. Sejumlah bank pun ancang-ancang siasat agar momentum pertumbuhan kredit tetap moncer.
BI memang telah memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan atau BI Rate 25 basis poin (bps) dari level 6% ke level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024. Kenaikan tersebut merupakan yang pertama kali sejak Oktober 2023.
Adapun, dalam RDG terbaru periode 21-22 Mei 2024, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 6,25%.
Kenaikan BI rate menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan dalam menjaga kinerja kreditnya. Meskipun, berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis BI, penyaluran kredit perbankan pada April 2024 tercatat tumbuh pesat 12,3% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp7.247,7 triliun.
"Kredit yang disalurkan oleh perbankan tumbuh lebih tinggi," tulis BI dalam laporan terbarunya pada Senin (27/5/2024). Pada bulan sebelumnya atau Maret 2024, kredit tumbuh sebesar 11,9% yoy.
Deputi Gubernur BI Juda Agung juga mengatakan pertumbuhan kredit pada April 2024 menjadi pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Menurutnya, pertumbuhan kredit terjadi pada semua sektor baik manufaktur, pertambangan, hingga jasa usaha. "Ini artinya ekonomi terus menggeliat," jelas dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada pekan lalu (22/5/2024).
Bank Jaga Momentum
Seiring dengan pertumbuhan kredit yang moncer, perbankan berupaya menjaga momentum. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) misalnya pada April 2024 telah mencatatkan pertumbuhan kredit 14,43% yoy menjadi Rp345,5 triliun.
Corporate Secretary BTN Ramon Armando mengatakan BTN optimistis kinerja kredit akan konsisten bertumbuh pada keseluruhan tahun ini, meskipun terdapat tantangan kenaikan suku bunga acuan.
"Kami akan menjaga suku bunga kredit khususnya KPR [kredit pemilikan rumah] non subsidi agar tidak naik dengan menggenjot dana murah," katanya kepada Bisnis pada Senin (27/5/2024).
Begitu juga dengan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA). Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan tren suku bunga tinggi masih menjadi kekhawatiran bagi perbankan. "Masih tingginya cost of fund [CoF] yang akan memengaruhi loan rate," katanya.
Meski begitu, terdapat sejumlah peluang pertumbuhan kredit pada tahun ini, didorong salah satunya oleh kebijakan likuiditas makroprudensial dari BI. "Jadinya, pembiayaan sektor prioritas masih cukup kondusif terutama dari KPR, kredit kendaraan bermotor, dan UMKM," kata Lani.
Direktur Risk Management PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) Dadi Budiana mengatakan di tengah kondisi suku bunga tinggi, Bank Danamon tetap optimistis dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan kredit dobel digit.
"Dalam melaksanakan upaya tersebut, kami akan selalu berpegang pada prinsip kehati-hatian melalui penerapan manajemen risiko yang disiplin dan menitikberatkan penyaluran kredit kepada nasabah di sektor yang potensial dan memiliki rekam jejak yang baik," ujarnya kepada Bisnis pada awal bulan ini (2/5/2024).
Bank Danamon pun berkomitmen untuk mempererat hubungan dengan nasabah yang sudah ada dan mengakuisisi nasabah baru melalui ekosistem serta kolaborasi yang kuat dengan Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (MUFG).
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan kenaikan suku bunga acuan BI akan memberi dampak terhadap perlambatan kredit. Namun, dampak akan terasa dalam jangka waktu 6 bulan setelah kenaikan BI rate.
"Manakala pertumbuhan kredit melemah dan beberapa debitur mengalami kesulitan pembayaran, ini akan memengaruhi NPL [nonperforming loan/kredit bermasalah] bank. Akhirnya akan mempengaruhi kinerja secara umum nantinya," ujar Amin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel