Kemampuan Bank Meraup Laba Loyo, Apa Biang Keroknya?

Bisnis.com,06 Jun 2024, 15:35 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Ilustrasi bank. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Kemampuan bank dalam meraup laba bersih dari aset, yang terlihat dari tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA), mengalami penyusutan. Hal ini terjadi di tengah ragam tantangan yang dihadapi perbankan.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank umum mencatatkan ROA pada level 2,62% per Maret 2024, menyusut 15 basis poin (bps) dibandingkan 2,77% per Maret 2024. 

Penurunan ROA menandakan kemampuan perbankan dalam mendayagunakan asetnya untuk memperoleh keuntungan berkurang.

Dilihat dari sisi kelompok permodalannya, baik bank kecil dan bank jumbo mencatatkan penurunan ROA. Kelompok bank dengan modal inti (KBMI) I atau bank kecil misalnya mencatatkan penurunan ROA dari 1,36% per Maret 2023 menjadi 1,3% per Maret 2024.

Lalu, ROA KBMI II juga turun dari 2,2% ke level 1,64%. Kemudian ROA KBMI IV atau bank jumbo seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) turun dari 3,73% ke 3,54%.

Seiring dengan penyusutan ROA, bank umum hanya mencatatkan pertumbuhan laba yang tipis 2,01% menjadi Rp61,87 triliun hingga Maret 2024.

Arianto Muditomo, Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran, mengatakan penurunan ROA memang menjadi tantangan bagi perbankan saat ini, dengan beberapa faktor umum.

Pertama, pelambatan ekspansi pinjaman, kedua biaya operasional meningkat, lalu ketiga suku bunga cenderung tinggi. Faktor keempat yaitu meningkatnya kredit bermasalah dan faktor kelima persaingan ketat.

"Masih cukup waktu bagi bank untuk mengantisipasi hal ini dengan membuat inisiatif-inisiatif strategis utk menjawab faktor-faktor umum diatas dan inisiatif lain seperti memanfaatkan peluang atas momentum pemulihan ekonomi, menggali peluang baru seperti digital banking dan green finance, untuk meningkatkan pendapatan," ujarnya Kamis (6/6/2024).

Secara keseluruhan, Arianto memproyeksikan ROA perbankan Indonesia pada 2024 akan mengalami peningkatan moderat.

Namun, hal ini tergantung pada kecepatan pemulihan ekonomi dan efektivitas strategi bank dalam menghadapi tantangan, tanpa mengesampingkan indikator lain seperti NPL, CAR, dan LDR sebagai indikator kinerja dan kesehatan bank utama.

Corporate Secretary PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) Ramon Armando mengatakan pada tahun ini bank memang menghadapi sejumlah tantangan dalam meraup laba.

"Tantangan saat ini adalah menjaga keseimbangan antara kebutuhan likuiditas dengan profitabilitas," katanya kepada Bisnis pada Rabu (5/6/2024).

Menurutnya, terjadi tren peningkatan biaya dana di perbankan saat ini. Bank pun dituntut menjaga keseimbangan dana masuk atau cash-in dari dana pihak ketiga (DPK) serta dana keluar atau cash-out melalui penyaluran kredit serta biaya untuk keduanya. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan ROA perbankan mencatatkan penurunan dipengaruhi terutama oleh penurunan margin bunga bersih (NIM) dari sebesar 4,77% pada Maret 2023 menjadi 4,59% pada Maret 2024. 

"Penurunan NIM terutama disebabkan oleh meningkatnya biaya dana yang tidak diimbangi dengan peningkatan suku bunga kredit," tuturnya dalam jawaban tertulis beberapa waktu lalu.

Adapun, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan perbankan pada tahun ini menghadapi kendala perlambatan pertumbuhan laba karena relaksasi restrukturisasi kredit yang tidak diperpanjang, pelemahan mata uang rupiah, dan kondisi ekonomi serta daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya membaik. 

"Tren [perlambatan laba] ini sepertinya masih berlanjut, bila melihat kondisi ekonomi global dan geopolitik yang membuat tren suku bunga kembali meningkat," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini