Bisnis.com, JAKARTA – Kemampuan bank dalam meraup laba bersih mengalami pelemahan memasuki kuartal II/2024. Hal ini terlihat dari tingkat pengembalian aset (return on esser/ROA) yang menurun.
Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ROA perbankan berada di level 2,51% per April 2024, turun 11 basis poin (bps) dari posisi bulan sebelumnya atau Maret 2024 di level 2,62%. ROA bank juga turun 21 bps secara tahunan (year on year/yoy).
Penurunan ROA menandakan kemampuan perbankan dalam mendayagunakan asetnya untuk memperoleh keuntungan berkurang.
"Meski begitu, permodalan perbankan masih di level yang relatif tinggi dan menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK pada Senin (10/6/2024).
Sebelumnya, Dian mengatakan penyusutan ROA didorong oleh penurunan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) perbankan. "Penurunan NIM terutama disebabkan oleh meningkatnya biaya dana yang tidak diimbangi dengan peningkatan suku bunga kredit," tuturnya dalam jawaban tertulis beberapa waktu lalu.
Adapun, NIM perbankan berada di level 4,56% per April 2024, turun 3 bps dari posisi bulan sebelumnya atau Maret 2024 di level 4,59%. ROA bank juga turun 21 bps yoy.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan perbankan pada tahun ini memang menghadapi kendala dalam mendulang laba karena relaksasi restrukturisasi kredit yang tidak diperpanjang, pelemahan mata uang rupiah, dan kondisi ekonomi serta daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya membaik.
"Tren [perlambatan laba] ini sepertinya masih berlanjut, bila melihat kondisi ekonomi global dan geopolitik yang membuat tren suku bunga kembali meningkat," ujarnya.
Corporate Secretary PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) Ramon Armando juga mengatakan pada tahun ini bank menghadapi sejumlah tantangan dalam meraup laba. "Tantangan saat ini adalah menjaga keseimbangan antara kebutuhan likuiditas dengan profitabilitas," katanya kepada Bisnis pada pekan lalu (5/6/2024).
Menurutnya, terjadi tren peningkatan biaya dana di perbankan saat ini. Bank pun dituntut menjaga keseimbangan dana masuk atau cash-in dari dana pihak ketiga (DPK) serta dana keluar atau cash-out melalui penyaluran kredit serta biaya untuk keduanya.
Sementara, Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Hera F. Haryn mengatakan meskipun menghadapi sederet tantangan, BCA tetap optimistis untuk membukukan kinerja positif sepanjang 2024. "Pada prinsipnya, BCA senantiasa mendorong penyaluran kredit di berbagai sektor, serta memperkuat platform perbankan transaksi guna memperkokoh pendanaan," katanya kepada Bisnis pada pekan lalu (4/6/2024).
Di sisi penyaluran kredit, BCA tetap optimistis dengan senantiasa mempertimbangkan prinsip kehati-hatian sesuai dengan dinamika makro ekonomi.
Terkait volume transaksi dan pendanaan, BCA secara berkesinambungan melakukan investasi untuk memperkuat ekosistem hybrid banking, dan memberikan pelayanan berkualitas bagi nasabah yang beragam.
"Ke depan, kami optimistis untuk mempertahankan posisi neraca yang solid serta menhaga profitabilitas secara keseluruhan," jelas Hera.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel