Kredit Korporasi Makin Kencang hingga Akhir Tahun, Begini Kondisi di BCA hingga BNGA

Bisnis.com,11 Jun 2024, 17:53 WIB
Penulis: Arlina Laras
Ilustrasi kredit korporasi. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan kredit korporasi terus melaju menyentuh level dobel digit, bahkan diperkirakan kinerja yang moncer akan berlangsung hingga akhir tahun. 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pertumbuhan kredit perbankan pada April 2024 mencapai Rp7.311 triliun, tumbuh 13,09% secara tahunan (year on year/YoY). Pada periode ini, pertumbuhan terdongkrak oleh kredit korporasi.

Bila dilihat kategori debitur, pertumbuhan kredit korporasi tumbuh 18,45% YoY, diikuti oleh kredit konsumsi sebesar 10,34% YoY, dan kredit UMKM sebesar 7,30% YoY.

"Kredit korporasi tumbuh 18,45%. Memang ini menunjukkan pertumbuhan setelah Pemilu. Pembelian barang, pengeluaran modal ini terlihat dari naiknya kredit korporasi," kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara pekan lalu.

Chief Economist of BCA Group David Sumual pun mengatakan kenaikan atas pembiayaan korporasi sendiri dipengaruhi permintaan kredit investasi dari korporasi yang kecenderungan meningkat. 

“Dalam setahun terakhir Capex perusahaan kecenderungan menurun tapi mulai kuartal I/2024 ini cukup baik,” katanya kepada Bisnis, Selasa (11/6/2024).

Lebih lanjut, dia menilai hingga akhir tahun, dirinya memprediksi laju kredit korporasi akan lebih kencang dibanding kredit konsumer. 

Tercatat, berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan penyaluran kredit investasi tumbuh 14,6% per April 2024, dibanding Maret 2024 15,8%.  Pertumbuhan kredit investasi sendiri mengalahkan pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsi yang masing-masing tumbuh 12,4% dan 10%. 

Senada, Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Indef Abdul Manap Pulungan mengatakan kenaikan kredit korporasi pada April 2024 akibat momen lebaran yang membuat kebutuhan pembiayaan naik guna memenuhi peningkatan permintaan dari konsumen.  

Lebih lanjut, pada kuartal II/2024 berdasarkan jenis penggunaan, dirinya menilai pertumbuhan kredit investasi akan tumbuh signifikan dibandingkan kredit modal kerja.  

Pasalnya, ini berkaitan dengan kemenangan Prabowo Subianto pada Pilpres 2024, di mana investor memiliki persepsi bahwa ke depan tidak akan ada perubahan signifikan, baik dari sisi regulasi hingga target yang bakal dicapai. 

“Artinya banyak yang menyebut pasangan 02 ini kan cerminan dari pemerintahan Jokowi, maka investor langsung langsung mendorong kepasitas produksi pabriknya [karena tidak ada perubahan fundamental],” tuturnya.

Kemudian, jika dilihat dari segi pemain, sederet bank memang mencatatkan kenaikan kredit korporasi pada awal tahun 2024.

Misalnya, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang membukukan kredit korporasi tumbuh 22,1% secara tahunan (yoy) menjadi Rp389,2 triliun per Maret 2024.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan sektor jasa keuangan dan pertambangan non-migas merupakan kontributor terbesar terhadap pertumbuhan kredit korporasi BBCA.

Lebih lanjut, kata Hera, pihaknya akan terus menyalurkan kredit ke sektor-sektor potensial dengan tetap memperhatikan berbagai pertimbangan seperti kondisi perkonomian domestik maupun global.

“Kami berharap pertumbuhan kredit pada 2024 di berbagai sektor akan tetap mencatatkan pertumbuhan positif. Pada tahun 2024, kami menargetkan pertumbuhan total kredit sebesar 9-10%,” katanya. 

Selanjutnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga mencatat hingga akhir Maret 2024, kredit segmen wholesale perseroan tumbuh 25,2% yoy mencapai Rp751 triliun. Adapun, kredit secara konsolidasi sebesar Rp1.435 triliun pada kuartal I/2024, meningkat 19,1% yoy.

“Kami melanjutkan strategi pertumbuhan kredit yang telah dijalankan selama beberapa tahun terakhir melalui penguatan core competence Bank Mandiri di segmen wholesale,” kata VP Corporate Communication Bank Mandiri Ricky Andriano kepada Bisnis. 

Adapun, di tahun ini, guidance pertumbuhan kredit Bank Mandiri secara konsolidasi di kisaran 13-15% yoy. 

“Pertumbuhan kredit akan memperhatikan portfolio guideline dan fokus pada sektor-sektor yang prospektif maupun resilien diantaranya adalah perkebunan, industri makanan & minuman, serta energi & air,” kata Ricky. 

Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) Lani Darmawan mengungkapkan kredit korporasi perseroan tumbuh stabil di bawah 5%. 

“Sejauh ini [kredit korporasi] secara tahunan relatif flat hanya tumbuh 1% dan kredit komersial tumbuh 6%. Melihat mild pada semester 1, kelihatannya kredit korporasi mungkin akan tunbuh di bawah 5%,” ujarnya kepada Bisnis. 

Pihaknya pun menargetkan sejumlah segmen guna menggenjot pertumbuhan kredit korporasi yang ada pada perseroan, yakni segmen telekomunikasi, agri, manufacturing, green hingga minerba.

Adapun,  BI sendiri memproyeksikan permintaan kredit korporasi tiga bulan mendatang atau pada Juni 2024 masih tetap tinggi, tercermin dari SBT 36,8%, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode Mei 2024 dengan SBT 36,2%.  

Peningkatan kebutuhan pembiayaan pada Juni 2024 diprakirakan terjadi pada lapangan usaha pertambangan, perdagangan, serta reparasi mobil dan motor. 

Pertumbuhan pembiayaan korporasi terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional dan membayar kewajban jatuh tempo yang tidak bisa di-rollover. 

Sebelumnya, berdasarkan Survei Penawaran dan Permintaan Pembiayaan Perbankan yang dirilis oBI, kebutuhan pembiayaan korporasi pada Maret 2024 terindikasi meningkat tecermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 25,3%, meningkat pesat dibandingkan SBT 11,1% pada Februari 2024.   

"Peningkatan kebutuhan pembiayaan korporasi terutama didorong oleh peningkatan kebutuhan pada lapangan usaha perdagangan, industri, pengolahan, serta konstruksi," tulis BI dalam surveinya.

Kebutuhan pembiayaan korporasi terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional dan membayar kewajiban yang jatuh tempo.  

Responden kelompok korporasi menyampaikan bahwa kebutuhan pembiayaan pada Maret 2024 masih dipenuhi terutama dari dana sendiri sebesar 70,9%, diikuti pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik sebesar 11%, serta pembiayaan dari perbankan dalam negeri 9,4%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini