Di Depan Jokowi, Gubernur Bank Indonesia Pasang Target Inflasi Akhir 2024 Direntang 1,5%-3,5%

Bisnis.com,14 Jun 2024, 10:10 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (22/5/2024). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Mei 2024 memutuskan menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,25%. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa inflasi hingga akhir tahun ini akan terjaga sesuai target BI di rentang 1,5% hingga 3,5% (year-on-year/yoy). 

Perry meyakini inflasi akan terus terkendali pada posisi yang rendah pada sisa tahun 2024 dan pada 2025 mendatang.  

“Kami memperkirakan inflasi pada sisa 2024 ini dan tahun 2025 akan tetap terkendali rendah dalam kisaran sararan 2,5% plus minus 1%,” ujarnya dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendali Inflasi 2024, Jumat (14/6/2024). 

Dirinya melaporkan bahwa tren inflasi dalam 10 tahun terakhir menunjukkan inflasi terkendali rendah dan termasuk yang terendah di dunia saat ini. Tercatat inflasi indeks harga konsumen (IHK) Mei 2024 yang berada di angka 2,84% atau masuk dalam kisaran target 2,5% ± 1%. 

Perry menuturkan, terkendalinya inflasi di pusat maupun daerah ini didukung dengan sinergi dari tim pengendali inflasi pusat (TPIP) dan tim pengendali inflasi daerah (TPID). Termasuk dengan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). 

Bos BI tersebut meminta pemerintah pusat maupun daerah terus memperkuat sinergi di tengah ketidakpastian global. 

“Karena kondisi global masih belum ramah, berbagai tantangan perlu kita hadapi dengan upaya dan sinergi yang berkelanjutan,” lanjutnya. 

Sinergi tersebut menjadi penting karena pemerintah perlu memitigasi risiko harga pangan energi akibat konflik geopolitik yang masih berkelanjutan. Di samping itu, ketidakpastian pasar keuangan global serta permasalahan struktural seperti produktivitas. 

Kesinambungan sangat penting untuk pengendalian inflasi ke depan khsusunya untuk mitigasi risko harga pangan dan energi akibat konflik geopolitk yang berkelanjutan. Ketidakpastian pasar keuangan global serta permasalahan struktural seperti produktivitas, efisiensi, dan integrasi data pangan. 

“BI akan terus memperkuat bauran kebjakan dalam menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sinergi erat pemerintah pusat dan daerah,” ujar Perry. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini