Marein (MREI) Ungkap Tantangan Pasar Reasuransi Tahun Ini

Bisnis.com,16 Jun 2024, 18:50 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Public Expose Tahun 2023 di Plaza Marein, Jakarta, Kamis (25/5/2023)/ Bisnis - Rika Anggraeni

Bisnis.com, JAKARTA— PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk. (MREI) atau Marein mengungkap bahwa pasar reasuransi di Indonesia masih menantang tahun ini. Meskipun tidak sesulit pada tahun-tahun sebelumnya karena adanya hardening market global. 

Presiden Direktur Marein Yanto Jayadi Wibisono mengatakan bahwa kondisi yang menantang tersebut lantaran beberapa faktor. Salah satunya adalah persaingan dari perusahaan reasuransi lokal baru. 

“Serta  masuknya reasuradur asing yang ikut berpartisipasi di beberapa treaty program di asuransi-asuransi lokal,” kata Yanto kepada Bisnis, Minggu (16/6/2024). 

Pada pertengahan April silam, PT Orion Reasuransi Indonesia atau Orion Reasuransi menambah daftar baru perusahaan reasuransi di Indonesia.

Dalam catatan Bisnis, sebelumnya ada tujuh perusahaan reasuransi di Tanah Air. Ketujuh perusahaan tersebut yakni

  1. Marein,
  2. PT Reasuransi Maipark Indonesia,
  3. PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugu Reasuransi),
  4. PT Reasuransi Nusantara Makmur atau Nusantara Re,
  5. PT Reasuransi Indonesia Utama atau Indonesia Re,
  6. PT Reasuransi Nasional Indonesia atau Nasional Re, dan
  7. PT Indoperkasa Suksesjaya Reasuransi atau INARE.

Kemudian pada sektor reasuransi jiwa, Yanto menyebut masih ada tantangan tingginya inflasi biaya kesehatan. Hal tersebut berdampak pada peningkatan klaim asuransi kesehatan secara terus menerus.

Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) pada kuartal I/2024, klaim kesehatan industri asuransi jiwa meningkat sebanyak 29,6% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya menjadi Rp5,96 triliun dari Rp4,6 triliun pada kuartal I/2023. 

Selain itu, lanjut Yanto, faktor lainnya yakni pengetatan term & condition yang dilakukan pihak retrocessionaire. 

“Ini menyebabkan transfer risk cukup sulit dan masih menyebabkan hardening market,” ungkap Yanto. 

Di sisi lain, perusahaan reasuransi lainnya, Maipark melihat bahwa ada tanda-tanda pasar reasuransi lebih akomodatif atau longgar pada tahun ini di tengah hardening market selama beberapa tahun.

Namun, Direktur Utama Maipark Kocu Andre Hutagalung mengatakan semua pihak sepakat kondisi soft market sebelumnya adalah tidak sehat untuk kepentingan semua pihak dalam ekosistem asuransi. 

“Ini yang membedakan soft market sebelumnya dengan kondisi masih hard seperti hari ini. Pada soft market sebelumnya ada keseragaman respon perusahaan reasuransi,” kata Kocu kepada Bisnis pada Minggu (9/6/2024). 

Kocu menambahkan hal tersebut akan sangat berbeda antara satu perusahaan dengan yang lainnya. Adapun perbedaan respons perusahaan reasuransi antara lain menyangkut semua faktor yang terkait dengan akseptasi reasuransi yakni limit treat, term and conditions, atau premi apabila program treaty non proporsional.

------------------ 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Thomas Mola
Terkini