Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan beberapa faktor penyebab melemahnya nilai tukar rupiah hingga tembus Rp16.400 per dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 45 poin atau 0,27% menuju level Rp16.475 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS meningkat 0,03% ke posisi 105,61.
Pada saat bersamaan, mata uang lain di Asia mayoritas melemah. Yen Jepang, misalnya, melemah 0,02% lalu won Korea 0,38%, dan rupee India sebesar 0,23%. Adapun baht Thailand, serta ringgit Malaysia masing-masing melemah 0,02% dan 0,11%.
Perry mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar selalu dipengaruhi oleh faktor fundamental dan sentimen jangka pendek. Menurutnya, jika dilihat dari faktor fundamental seharusnya dapat mendukung penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
“Inflasi kita lebih rendah di 2,8%, pertumbuhan kita juga tinggi 5,1%. Kredit juga bertambah 12%, demikian juga kondisi kondisi ekonomi kitaa, termasuk juga imbal hasil investasi yang baik. Itu faktor fundamental yang seharusnya mendukung rupiah menguat,” ujar Perry usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Kamis (21/6/2024)
Perry mengatakan ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah dan suku bunga The Fed yang tidak turun sebanyak tiga kali dalam setahun membuat BI mengambil langkah untuk menaikkan suku bunga.
Hasilnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan menjadi Rp15.900 dari Rp16.000 sebelumnya. Namun, penguatan nilai tukar rupiah tersebut tidak berlangsung lama dan mengalami perlemahan kembali.
Biang Kerok yang Bikin Dolar AS Tembus Rp16.400
Lantas, apa saja yang menyebabkan nilai tukar rupiah keok dari dolar AS?
1. Ketegangan Geopolitik
Ketegangan geopolitik yang masih memanas di kawasan Timur Tengah antara Israel vs Hamas menjadi penyebab nilai tukar rupiah mengalami perlemahan.
2. Suku Bunga The Fed
The Fed belum secara pasti berapa kali akan menurunkan suku bunganya hingg akhir tahun ini, tetapi BI memprediksi hanya akan terjadi satu kali penurunan suku bunga oleh The Fed.
3. Naiknya Suku Bunga Obligasi
Kenaikan suku bunga obligasi menjadi penyebab melemahnya nilai tukar rupiah.
“Yang tempo hari 4,5% naik 6% untuk biayai utang di Amerika,” ujar Perry.
Selain itu, European Central Bank (ECB) atau Bank Sentral Eropa turut menurunkan suku bunga yang disebabkan oleh sentimen global. Hal ini juga berpengaruh terhadap perlemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
4. Sentimen Domestik
Perry menyampaikan pada kuartal II/2024 terjadi kenaikan permintaan korporat, biasanya perusahaan membutuhkan repatriasi deviden dan perlu juga untuk membayar utang, namun di triwulan III/2024 tidak ada lagi.
Dia menambahkan soal persepsi sustainabilitas fiskal yang diproyeksikan ke depan mengakibatkan sentimen sehingga menekan nilai tukar rupiah.
Sementara itu, Gubernur BI juga menyampaikan nilai dolar AS memang menguat di seluruh mata uang dunia, kecuali di beberapa negara salah satunya Rusia.
Dia juga mengatakan dari Desember 2023 hingga sekarang, perlemahan nilai rupiah terhadap dolar AS tergolong relatif masih baik dibandingkan negara yang lainnya, seperti won Korsel, baht Thailand, hingga yen Jepang.
“Dari akhir tahun rupiah melemah 5,92% untuk rupiah dri desember sampai kemarin, won korea 6,78%, baht thailand 6,92%, peso 7,89%, rio Brasil 10,63%, yen Jepang 10,78%. jadi, pelemahan rupiah itu memang relatif masih baik,” ujarnya. (Ahmadi Yahya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel