Kejar 3 Juta Rumah, BTN (BBTN) Usul Skema Dana Abadi hingga Obral Diskon

Bisnis.com,22 Jun 2024, 07:01 WIB
Penulis: Arlina Laras
Aktivitas pekerja pada proyek perumahan subsidi di Desa Selacau, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (10/6/2024). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) mengusulkan sejumlah skema untuk melakukan percepatan dalam mengatasi permasalahan backlog seiring target yang dicanangkan Prabowo-Gibran membangun 3 juta unit rumah.

Direktur Utama BTN Nixon Napitulu mengatakan dana abadi bisa menjadi opsi selain dari Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang dinilai kerap membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bila ingin mewujudkan program tersebut.

“Kalau pakai cara FLPP, budget pemerintahnya nggak kuat, kegedean. Harus ada cara lain agar dari sisi APBN-nya lebih efisien. Pertama, bukan belanja, tapi investasi. Kedua, dari sisi daya serap [harus] lebih banyak,” ujarnya pada awak media di Jakarta, Jumat (21/6/2024).

Menurut Nixon, sesuai dengan skema yang diusulkan, nantinya sejumlah dana abadi diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan melalui penempatan ke instrumen keuangan seperti Surat Utang Negara (SUN), Surat Berharga Negara (SBN), atau Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Lalu, pendapatan yang dihasilkan dari investasi ini dapat digunakan untuk membayar (SSB).

“Jadi dia [dana abadi] keluarin return misalnya duitnya itu di placement ke SUN, SBN Atau segala macam [seperti] SRBI. Katakan bunganya 6%, itu dia [dana abadi] akan membayar subsidi selisih bunga buat para customer,” ujarnya.

Dia mengatakan usulan ini tidak hanya berbentuk kredit pemilikan rumah (KPR). Tetapi juga ada bantuan pembiayaan renovasi hingga pembangunan rumah di pedesaan.

Nixon juga mengungkapkan pihaknya pun mengusulkan kepemilikan rumah bagi kelompok milenial dengan konsep transit oriented development (TOD) serta adanya konsep subsidinya pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), penurunan uang muka (DP) serta pemotongan biaya asuransi.

“Jadi kalau tiga-tiganya diberi pembebasan, maka penghematannya 21% dari harga normal. Jadi kalau harga rumahnya Rp400 juta itu bisa menjadi Rp300 juta lebih sekian. Jadi teman-teman merasakan seakan-akan ada diskon rumah 21%,” imbuh Nixon.

Sebagai informasi, pada kuartal I/2024, BTN membukukan pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar 14,8% menjadi Rp344,2 triliun, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp299,7 triliun.

Kredit dan pembiayaan perumahan masih menyumbang porsi mayoritas sekitar 85% dari seluruh kredit dan pembiayaan yang disalurkan perseroan.

Adapun, selama kuartal I/2024, total kredit dan pembiayaan perumahan mencapai Rp292,7 triliun naik 10,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp264,5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ibad Durrohman
Terkini