Bukan Kenaikan Bunga Acuan, BI Andalkan 2 Strategi Ini untuk Stabilkan Rupiah

Bisnis.com,24 Jun 2024, 16:02 WIB
Penulis: Maria Elena
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Rabu (21/2/2024).

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memandang bahwa kenaikan suku bunga acuan atau BI-Rate saat ini masih belum perlu dilakukan mengingat laju inflasi domestik yang rendah dan untuk mendukung momentum pertumbuhan ekonomi. 

Hal ini yang mendasari BI dalam memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate pada level 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2024.

“Pada saat ini [BI] belum perlu naikkan BI-Rate, cukup dengan intervensi dan SRBI [Sekuritas Rupiah Bank Indonesia] karena inflasi rendah, hanya 2,84% [per April 2024] dan tahun ini [diperkirakan] tetap rendah, supaya tidak berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja di Komisi XI DPR, Senin (24/6/2024).

Perry menjelaskan dengan tetap dipertahankannya suku bunga acuan, BI akan terus melakukan intervensi di pasar, juga mengoptimalkan instrumen (SRBI) dengan menaikkan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi.

Di sisi intervensi, Perry mengatakan bahwa strategi ini terus dilakukan, tercermin dari posisi cadangan devisa Indonesia yang saat ini sebesar US$139,0 miliar, turun dari posisi Januari 2024 yang sebesar US$145,1 miliar.

“Kami gunakan untuk intervensi sehingga kenapa cadangan devisa sekarang yang tempo hari di atas US$140 miliar sekarang menjadi US$139 miliar. Ini respons yang segera kami lakukan intervensi, sampai sekarang pun terus dilakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah,” jelasnya.

Selain itu, sebagai upaya menarik modal asing masuk ke pasar keuangan domestik dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah, BI juga menaikkan tingkat imbal hasil SRBI yang tinggi, bahkan di atas tingkat imbal hasil SBN.

“Dan kami akan terus gunakan intervensi dan SRBI terus-terusan supaya terus terjadi inflow, tentu saja sambil menunggu perkembangan faktor global dan domestik ke depan,” katanya.

Perry optimistis, nilai tukar rupiah ke depan akan bergerak stabil, bahkan akan cenderung menguat, dikarenakan fundamental Indonesia yang baik saat ini.

Hal ini tercermin dari laju inflasi yang rendah dan diperkirakan tetap terjaga pada kisaran 1,5% hingga 3,5% hingga akhir 2024, pertumbuhan ekonomi yang kuat dengan perkiraan 4,7%-5,5% pada 2024, juga defisit transaksi berjalan yang rendah, diperkirakan mencapai -0,1% hingga 0,9% tahun ini.

Di samping strategi intervensi dan pengoptimalan instrumen SRBI, Perry menyampaikan bahwa BI juga melakukan upaya stabilisasi rupiah dengan instrumen suku bunga acuan, sebagaimana pada April 2024 yang dinaikkan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%.

“Sesuai dengan mandat BI, tentu saja kami akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan tiga instrumen tadi, intervensi, SRBi, dan kalau memang diperlukan adalah kenaikan BI-Rate,” tutur Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini