Bos Fintech Ungkap Dampak AI Deepfake, Bisa Bobol Industri Keuangan Digital

Bisnis.com,25 Jun 2024, 19:17 WIB
Penulis: Jessica Gabriela Soehandoko
Ilustrasi deepfake. Dok Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) menuturkan bahwa solusi keamanan siber memiliki urgensi yang tinggi  dalam perlindungan keuangan digital.

Wakil Ketua Umum I Aftech Lily M. Sambuaga menjelaskan berdasarkan data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), kerugian akibat serangan siber mencapai Rp14,5 triliun.  

“Menurut BSSN, terdapat 361 juta serangan siber pada tahun 2023 yang mengakibatkan kerugian finansial sebesar Rp14,5 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa solusi keamanan siber memiliki urgensi yang tinggi untuk mendukung pertumbuhan sektor keuangan digital,” jelasnya dalam Battle Against Digital Manipulation: Addressing the Deepfake Challenge Across Industries pada Selasa (25/6/2024)  

Menurut dia industri keuangan digital atau fintech telah menunjukan perkembangan yang sangat cepat dalam dekade terakhir. Namun, di lain sisi terdapat tantangan yang semakin besar, salah satunya dalam aspek keamanan siber. 

Kemudian, hadirnya AI dinilai dapat mendorong produktivitas. Di lingkup yang lebih luas, AI diproyeksi mampu mendorong pertumbuhan teknologi digital. Di lain sisi, arus perkembangan AI menjadi ancaman bagi sektor keuangan. Hal ini seiring berkembangangnya generatif AI yang mendorong deepfake yang digunakan oleh fraudster.

Teknologi deepfake memungkinkan sebuah konten dengan memasangkan foto wajah seseorang pada tubuh orang lain untuk sebuah produksi konten video, dimana seseorang yang ada di dalam video mengatakan atau melakukan hal yang tidak pernah diucapkan atau dilakukan sebelumnya. Hal ini dapat dilakukan secara real time. 

“Sektor keuangan yang selama ini menjadi salah satu sasaran utama serangan siber tentu harus bersiap dengan ancaman baru ini,” tuturnya. 

Sedangkan, para pelaku industri di berbagai sektor keuangan belum sepenuhnya menyadari akan ancaman deepfake dan belum memiliki sistem yang mumpuni untuk merespon ancaman yang ada. Berdasarkan data Reality Defender 2023, hanya terdapat 3% model AI yang dapat mengidentifikasi deepfake, sementara terdapat 100.000 model AI yang dapat menciptakan deepfake.

“Oleh karena itu perlu untuk menentukan arah pengembangan AI yang membawa manfaat, khususnya dalam membantu mengwujudkan ekosistem keuangan yang aman dan berpercaya,” jelasnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini