Rupiah Tembus Rp16.400, Sri Mulyani Lapor Modal Asing Kabur Rp9,3 Triliun

Bisnis.com,27 Jun 2024, 11:49 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Karyawati menghitung dolar Amerika Serikat di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Rabu (17/4/2024). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati melaporkan total capital outflow atau arus keluar modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp9,3 triliun secara month-to-date (mtd) per 24 Juni 2024. 

“Untuk SBN kita masih terjadi capital outflow, saham capital outflow, sehingga total outflow sampai dengan Juni Rp9,3 triliun,” ujarnya dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (27/6/2024). 

Secara perinci, pasar SBN mencatatkan outflow Rp7,29 triliun (mtd) sementara pasar saham mencatatkan outflow senilai Rp2,01 triliun (mtd).

Secara year-to-date (ytd), pasar SBN tercatat outflow Rp42,37 triliun sementara saham senilai Rp6,14 triliun atau total Rp48,51 triliun.

Sri Mulyani menyampaikan hal ini akibat kondisi dinamika pasar keuangan global yang kemudian mendorong keluar modal asing tersebut. 

Misalnya, suku bunga The Federal Reserve atau The Fed yakni Fed Fund Rate (FFR) tidak akan mengalami penurunan sebanyak seperti yang pasar harapkan, yakni sebanyak empat hingga lima kali pada tahun ini. 

Pada kenyataannya, FFR masih mengalamai posisi yang stabil di 5,5% dan tidak terjadi tanda-tanda bahwa The Fed akan segara menurunkan. Ekspektasi paling optimistis, hanya akan terjadi penurunan sebanyak 1 kali tahun ini. 

“Ini yang menyebabkan ekspektasi market yang kecewa dan menimbulkan reaksi, terutama terlihat pada April hingga Mei. Mei lebih juga ditambah faktor domestik kita,” jelasnya. 

Kondisi ini kemudian menyebabkan penguatan indeks dolar dan mendorong depresiasi dari mata uang, termasuk rupiah. 

Sri Mulyani menyampaikan secara year-to-date (ytd), rupiah telah mengalami pelemahan hingga 6,58%. Tercatat rupiah mencapai angka Rp16.431 per dolar Amerika Serikat (AS). 

Meski demikian, dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, Brasil mengalami depresiasi jauh lebih dalam. 

Bahkan Bendahara Negara menyampaikan bahwa Jepang mengalami depresiasi sangat dalam bahkan pada levelnya sudah setara dengan kondisi pada 1986.  

Pada dasarnya, Kemenkeu merencanakan penerbitan utang yang bersumber dari SBN dalam APBN 2024 senilai Rp666,4 triliun.  

Jumlah tersebut meningkat hingga 115% dibandingkan dengan realisasi pada 2023 senilai Rp308 triliun. Adapun, jika penerbitan SBN 2024 naik 83,6 persen jika dibandingkan dengan outlook APBN tahun 2023 sebesar Rp362,93 triliun (year-on-year/yoy).

Sri Mulyani beserta jajarannya akan terus mewaspadai kondisi pasar keuangan global karena akan berdampak pada kinerja APBN. 

"Ini kita waspadai dalam arti respons dari APBN adalah nanti kepada berbagai pos yang terpengaruh terhadap nilai tukar dan pembiayaan terutama issuance [penerbitan SBN]," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini