Ormat Lirik Blok Panas Bumi Milik PLN di NTT dan Halmahera Selatan

Bisnis.com,28 Jun 2024, 00:00 WIB
Penulis: Nyoman Ary Wahyudi
Ilustrasi - Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Patuha, Ciwidey, Bandung yang dioperasikan oleh PT Geo Dipa Energi (Persero). JIBI/Feni Freycinetia

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan spesialis panas bumi asal Amerika Serikat, Ormat Technologies (Ormat) tengah melirik peluang kerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. 

Lewat PT Ormat Geothermal Indonesia, Ormat tengah bernegosiasi dengan PLN ihwal kemungkinan pembentukan usaha patungan atau joint venture (JV) bersama untuk menggarap wilayah kerja panas bumi (WKP) Atedai di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Songa Wayaua di Halmahera Selatan.

“Prosesnya masih negosiasi dengan calon pengembangnya yaitu Ormat dan belum ada penetapan pemenangnya,” kata Executive Vice President Geothermal PLN Christyono saat dikonfirmasi, Kamis (27/6/2024). 

Seperti diketahui, PLN membuka peluang kerja sama untuk mengembangkan sembilan WKP dengan total kapasitas mencapai 260 MW pada awal 2023.  

Direktur Teknik Ormat Technologies Indonesia Remi Harimanda mengatakan pihaknya tertarik pada peluang investasi pada dua blok tersebut lantaran pelaung tarif listrik yang menarik setelah kerja sama dengan PLN nantinya. 

“Tarif tidak mengikuti peraturan presiden tapi berdasarkan biaya keekonomian PLN di grid setempat,” kata Remi saat dikonfirmasi, Kamis (27/6/2024).

Adapun, sembilan lokasi panas bumi yang akan dikembangkan perusahaan listrik pelat merah itu di antaranya berada di Maluku Tengah, Atadei di Nusa Tenggara Timur (NTT), Songa Wayaua di Halmahera Selatan, Tangkuban Perahu di Jawa Barat.   

Kemudian, Ungaran di Jawa Tengah, Kepahiang di Bengkulu, Oka Ile Ange di NTT, Gunung Sirung di NTT, Danau Ranau di Sumatra Selatan dan Lampung Barat.  

Pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 milik PLN, penambahan kapasitas listrik dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) ditarget sebesar 3,35 gigawatt (GW). Proyeksi investasi yang mesti diamankan mencapai US$17,35 miliar hingga 2030 mendatang untuk mencapai target tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Oktaviano DB Hana
Terkini