Bisnis.com, JAKARTA— PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk (MREI) atau Marein mengungkap alasan perseroan tidak menjalankan bisnis reasuransi asuransi kredit. Diketahui, asuransi kredit merupakan kontributor ketiga terbesar terhadap industri asuransi umum.
Pada kuartal I/2024, premi yang dicatat dari lini bisnis ini mencapai sebanyak Rp4,94 triliun, yang mana naik 19,3% secara tahunan (year on year/yoy) dari sebelumnya Rp4,14 triliun.
Direktur Kepatuhan Marein Tamara Arista Salim mengatakan awalnya perseroan memiliki asuransi jiwa kredit, tetapi telah ditinggalkan sekitar 3–4 tahun yang lalu.
Sementara untuk asuransi kredit umum, pihaknya memang sedari awal tidak pernah memiliki lini bisnis tersebut. Tamara menyebut bahwa risiko asuransi kredit tidak masuk ke risk appetite perusahaan.
“Ya memang secara risk management produk-produk kredit ini enggak terlalu masuk. Kami sudah stop yang lama-lama, terakhir sudah 3–4 tahun, sudah enggak pernah. Kalau yang general, kami enggak masuk,” kata Tamara ditemui usai Public Expose di Jakarta, pekan lalu (27/6/2024).
Namun demikian, Tamara menyebutkan masih ada kemungkinan perseroan akan melirik asuransi kredit di masa yang akan datang. Terlebih apabila ada perbaikan kondisi dari lini bisnis tersebut.
Pihaknya juga masih melihat bagaimana regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat memperbaiki asuransi kredit. Diketahui OJK mengeluarkan aturan terkait asuransi kredit yang di dalamnya terdapat pembagian risiko terhadap pihak kreditur sebanyak 25%.
“Tapi kan ini baru keluar, kita lihat jalannya kan masih panjang. Nanti kita lihat dulu dua sampai tiga tahun ke depan kalau memang membaik kami bisa masuk,” tuturnya.
Diketahui, meskipun pendapatan premi lini bisnis asuransi kredit tinggi, tetapi klaimnya juga terus meningkat. Ini artinya risikonya juga cukup tinggi. Pada kuartal I/2024, klaim asuransi kredit meningkat sebanyak 35,5% yoy menjadi Rp3,97 triliun pada kuartal I/2024 dari sebelumnya Rp2,93 triliun pada kuartal I/2023.
Klaim asuransi kredit juga menjadi klaim yang paling besar di antara lini bisnis lainnya. Bahkan mendominasi total klaim asuransi umum sebanyak 34,38% yoy. Secara total, klaim dibayar asuransi umum naik sebanyak 16,9% yoy menjadi Rp11,56 triliun pada kuartal I/2024 dari sebelumnya Rp9,8 triliun pada kuartal I/2023.
Sebelumnya, beberapa pemain asuransi umum juga telah meninggalkan lini bisnis asuransi kredit. Seperti halnya, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) yang solvabilitasnya sempat mengalami penurunan bahkan minus pada 2020–2021, di mana asuransi kredit menjadi salah satu penyebab perusahaan menjadi tidak sehat.
Kemudian, PT Asuransi Bintang Tbk dan PT Asuransi Candi Utama yang memilih untuk menghindari asuransi kredit.
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum (AAUI) Budi Herawan menyebut hanya ada segelintir pemain besar pada lini bisnis ini.
Beberapa di antaranya yakni PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), PT Asuransi Bangun Askrida, dan BRI Insurance (BRINS). Budi melihat walaupun pasar asuransi kredit besar, tidak membuat pemain lalu mau berkecimpung pada lini bisnis ini. Termasuk beberapa pemain yang telah meninggalkan bisnis asuransi kredit. Begitu pun ketika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan perbaikan dengan menerbitkan aturan baru untuk memperbaiki asuransi kredit.
“Tapi mungkin bisa [kembali bermain ke lini bisnis asuransi kredit], karena ratenya lebih baik. Tetapi masih belum tau juga ya, karena ada batasan akuisisi,” kata Budi saat dihubungi Bisnis, Kamis (27/6/2024).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel