Rupiah Dibuka Perkasa ke Rp16.331, Dolar AS Keok

Bisnis.com,04 Jul 2024, 09:37 WIB
Penulis: Artha Adventy
Rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.331 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Kamis (4/7/2024). Pada saat bersamaan indeks dolar AS terpantau melemah. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.331 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Kamis (4/7/2024). Pada saat bersamaan indeks dolar AS terpantau melemah.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah membuka perdagangan dengan naik 0,24% atau 40 poin ke posisi Rp16.331 per dolar AS. Sementara itu mata uang Negara Paman Sam terpantau melemah 0,11% ke level 104,970.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,22%, dolar Singapura naik 0,11%, won Korea naik 0,36%, peso Filipina naik 0,18%, ringgit Malaysia menguat 0,21%, serta baht Thailand yang naik 0,17%.

Sementara itu, mata uang yang melemah terhadap dolar AS adalah yuan China 0,01% dan rupee India melemah 0,03%.Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan pada perdagangan hari ini, Kamis (4/7/2024), mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.320 - Rp16.440 per dolar AS.

Ibrahim menjelaskan Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan komentarnya yang agak dovish, menunjukkan bahwa bank sentral AS kemungkinan besar akan memulai siklus pelonggaran pada akhir tahun ini.

Menyusul laporan JOLTS dan komentar Powell, suku bunga berjangka AS memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 69% pada bulan September, naik dari sekitar 63% pada hari Senin, menurut perhitungan LSEG.

“Pasar juga memperkirakan satu atau dua kali penurunan suku bunga pada tahun 2024,” kata Ibrahim dalam riset harian, Kamis (4/7/2024).

Di sisi lain, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah mencapai Rp8.353,02 triliun pada Mei 2024. Jumlah utang itu naik sebesar Rp14,59 triliun dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang senilai Rp8.338,43 triliun.

Berdasarkan instrumen, utang pemerintah terdiri dari dua jenis, yakni berupa surat berharga negara (SBN) dan pinjaman. Mayoritas utang pemerintah per Januari 2024 masih didominasi oleh instrumen SBN, yakni 87,96 persen dan sisanya pinjaman 12,04 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ibad Durrohman
Terkini