Penyebab Investor Belum Lirik Bank Syariah, Tak Menarik?

Bisnis.com,05 Jul 2024, 09:48 WIB
Penulis: Arlina Laras
Logo Bank Syariah./Istimewa

Bisnis.com,  JAKARTA – Bank syariah sering kali masih memiliki pamor yang lebih redup dibandingkan dengan bank konvensional di mata investor. Benarkah dan apa penyebabnya?

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menuturkan sejauh ini bank syariah kerap pasar yang tersegmen. Bahkan, menurutnya bank syariah memiliki prospek yang positif, terlebih Indonesia merupakan salah satu negara dengan umat muslim terbesar nomor 2 di dunia.

“Hal ini tentu memberikan suatu potensi tersendiri, walau dibutuhkan upaya yang cukup besar untuk dapat melakukannya,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip Jumat (5/7/2024)

Adapun, hal yang perlu dilakukan adalah dengan pengoptimalan sumber daya teknologi dan manusia yang memang fokus menggarap customer yang tersegmen seperti ini.

Menurutnya, berbeda dengan bank konvensional yang memang memiliki lebih banyak kesempatan secara umum untuk menggarap berbagai bisnis tanpa batasan atau limitasi produknya.

Sementara itu, dari sisi kinerja saham,  Senior Investment Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan bank konvensional layak untuk dijadikan investasi jangka panjang jika dibanding bank syariah.

“Karena bank konvensional [utamanya KBMI IV] secara primary tren tergolong bullish dibanding bank syariah,” ujarnya.  

Lebih lanjut, secara kinerja fundamental bank jumbo konvensional terus konsisten, tercermin dari pertumbuhan bottom line dan top line. Sementara, bank syariah sedikit relatif mix

“Sebenarnya ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi bank syariah. Investasi di bank syariah semestinya harus pandai memanfaatkan potensi aksi korporasi, di mana di sisi lain ada potensi rumor terkait aksi korporasi tersebut. Investor bertujuan mencari profit dari investasi mereka,” ucapnya.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan Statistik Perbankan Syariah, total aset industri bank syariah di Indonesia mencapai Rp856,67 triliun per April 2024, tumbuh 8,65% secara tahunan.

Adapun, aset ini berkontribusi pada pangsa pasar sebesar 7,21%. Pangsa pasar ini menyusut dari bulan sebelumnya yang mencapai 7,33%. 

Di tengah minimnya ketertarikan investor bagi bank syariah, mencuat wacana Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah masuk ke pasar perbankan syariah Indonesia.

Sebagaimana diketahui, Muhammadiyah pernah memiliki bank umum syariah di Indonesia bernama PT Bank Persyarikatan Indonesia (BPI) pada 2002. Namun, dalam perkembangannya, kondisi BPI memburuk hingga diambil alih oleh Bank Bukopin pada 2005. 

BPI pun telah berubah nama dan kini menjadi PT Bank KB Bukopin Syariah. Muhammadiyah pun tak lagi memiliki bank umum syariah hingga saat ini.

Kemudian, wacana membangun bank syariah besar dari Muhammadiyah kembali menguat tahun ini.

Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengatakan wacana pengembangan bank syariah besutan Muhammadiyah telah berkembang di kalangan anggota dan pimpinan Muhammadiyah. "Pemikiran ke arah sana [memiliki bank umum] sudah ada sejak lama," kata Anwar kepada Bisnis pada Rabu (3/7/2024).

Adapun, wacana pendirian kembali bank syariah besutan Muhammadiyah ini mencuat seiring dengan pengalihan dana Muhammadiyah dari BSI ke bank syariah lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini