Bisnis, JAKARTA - Layanan bayar tunda atau Buy Now Pay Later (BNPL) menjadi satu inovasi di sektor keuangan yang makin berkembang. Tidak hanya pelaku bisnis pembiayaan, pemain bisnis perbankan pun turut menyasar bisnis tersebut. Lalu selegit apa bisnis Paylater di Indonesia?
Laporan tersebut menjadi salah satu ulasan pilihan yang dirangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Minggu (7/7/2024). Selain itu, terdapat bula sejumlah berita pilihan lainnya seperti investor asing di GOTO, prospek pasar pelumas hingga daya tarik bank syariah. Berikut selengkapnya.
1. Selegit Apa Bisnis Paylater?
Skema BNPL atau paylater memberi kesempatan kepada penggunanya untuk mengakses produk atau jasa yang diinginkan, lalu pembayarannya dapat dilakukan dengan skema cicilan dalam kurun waktu tertentu. Rata-rata penyedia layanan, menyediakan fasilitas cicilan hingga 12 kali.
Ada dua model layanan paylater yang berkembang selama ini, yakni close loop yakni layanan paylater yang disediakan oleh penyedia hanya untuk bertransaksi di platform yang mereka miliki. Artinya, fasilitas dana yang tersedia di dalam platform itu, tidak dapat digunakan untuk pembayaran jasa di platform lain.
Sementara itu, model open loop memberi kesempatan kepada penggunanya untuk bertransaksi tidak hanya di lingkup platform penyedia, tapi juga pembayaran di platform lain.
Layanan paylater kini mulai merambah ke perbankan. Bank-bank besar seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Central Asia Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, hingga yang terkini PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, mengembangkan skema pinjaman berbasis paylater ini. Lantas selegit apa bisnis paylater ini?
2. Investor Asing Mulai Koleksi Saham GOTO Setelah Jual Rp6 Triliun
Investor asing tercatat mulai mengoleksi saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) sebesar Rp26,35 miliar dalam sepekan. Langkah ini diambil setelah melakukan aksi jual hingga Rp6,1 triliun pada pekan sebelumnya.
Berdasarkan data RTI, rincian aksi tersebut adalah sebanyak Rp25,14 miliar saham dibeli di pasar reguler. Lalu, Rp1,21 miliar saham dibeli asing di pasar nego dan tunai. Investor asing melakukan pembelian melalui broker berkode YP, yaitu Mirae Asset Sekuritas sebanyak 598,3 juta saham.
UBS Sekuritas Indonesia dengan kode AK juga menjadi broker yang paling aktif melakukan pembelian bersih terhadap saham GOTO dengan membeli lebih dari 299,1 juta dalam sepekan.
Sementara itu, broker yang melakukan penjualan terbanyak terhadap saham GOTO adalah Semesta Indovest Sekuritas dengan kode MG. Semesta Indovest Sekuritas menjual sebanyak 1,4 miliar saham GOTO dalam sepekan.
Setelah Semesta Indovest Sekuritas, broker selanjutnya yang juga menjual saham GOTO adalah JP Morgan Sekuritas Indonesia, dengan penjualan yang hampir menyentuh 350,9 miliar.
Pada penutupan perdagangan kemarin, saham GOTO tercatat masih stagnan di level gocap atau Rp50. Sebanyak 303,61 juta saham ditransaksikan dengan nilai Rp15,18 miliar. Kapitalisasi pasar GOTO adalah sebesar Rp60,07 triliun. Bagaimana reaksi Bursa Efek Indonesia?
3. Saham Big Caps Masih Berisiko Ikuti Jejak BREN Masuk FCA
Emiten-emiten berkapitalisasi jumbo (big caps) masih ada risiko masuk ke papan pemantauan khusus full call auction (PPK FCA) seperti yang dialami PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN).
Hal tersebut karena masih ada klausul yang tidak direvisi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Kriteria nomor 10 disebutkan bahwa emiten yang masuk PPK FCA adalah saham yang dikenakan penghentian sementara perdagangan efek selama lebih dari satu hari bursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan.
Ketentuan tersebut mendapat pandangan kritis di kalangan investor. Sebab, suatu saham yang disuspensi BEI selama dua hari karena aktivitas perdagangan bisa langsung masuk PPK FCA, termasuk emiten big caps.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Kristian Manullang mengatakan bahwa emiten berkapitalisasi pasar besar juga berisiko masuk FCA. Dia juga menyinggung soal pihak-pihak tertentu yang menyebabkan anomali harga suatu saham. Artinya, saham tersebut mengalami kenaikan atau penurunan harga yang tidak wajar.
4. Ironi Daya Tarik Bank Syariah di Negara Muslim Terbesar
Bank syariah di Indonesia nyatanya masih minim daya tarik dari investor, dibandingkan dengan bank konvensional. Padahal, Indonesia sebagai salah satu negara terbesar berpenduduk muslim.
Kondisi tersebut tercermin dari aksi korporasi di bank syariah yang masih sepi. Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin berasumsi kurang tertariknya investor di perbankan syariah karena rendahnya pangsa pasar bank tersebut.
Misalnya saja, diasumsikan sebanyak 80% penduduk muslim kurang tertarik menyimpan dana atau mengambil pembiayaan di bank syariah. Sehingga pangsa pasar perbankan syariah kurang berkembang.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pangsa aset perbankan syariah di Indonesia hanya 7,32% terhadap keseluruhan aset perbankan nasional per Maret 2024. OJK juga mencatat, masyarakat Indonesia memang kurang tertarik menggunakan layanan keuangan syariah, termasuk bank syariah. Pada 2023, indeks inklusi keuangan syariah berada di level 12,88%.
Menurut Amin, meskipun pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia terus meningkat, namun tetap kecil. Ada beberapa faktor yang mendorong sulit berkembangnya bisnis perbankan syariah di Indonesia.
5. Prospek Industri Pelumas Shell di Tanah Air
Shell Indonesia menatap optimistis bisnis pelumas di dalam negeri memiliki prospek yang cerah seiring dengan banyaknya populasi penduduk Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir yang cukup konsisten dibandingkan dengan negara lain dipandang sebagai salah satu tolok ukur sebagai market penting bagi Shell.
Di samping itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat ditopang oleh proyek infrastruktur sehingga bisnis peralatan industri pun sangat berkembang. Hal ini membuat Indonesia menjadi pasar potensial perusahaan asal Belanda itu.
Sejak awal tahun 2015, Shell Indonesia membangun pabrik pelumas pertama, yang bernama Marunda di Bekasi dengan kapasitas 136 juta liter per tahun. Lalu di tahun 2022, Shell memperluas pabrik pelumas Marunda (Lubricants Oil Blending Plant/ LOBP) di Bekasi, Jawa Barat.
Langkah ini diambil untuk memenuhi permintaan akan produk pelumas premium yang terus meningkat di Indonesia. Perluasan LOBP untuk meningkatkan kapasitas produksinya agar dapat menghasilkan hingga 300 juta liter produk pelumas per tahun dibandingkan dengan kapasitas awal di 136 juta liter. Bagaimana kebutuhan pelumas di dalam negeri?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel