Implementasi QRIS Baru 5%, Transaksi Digital di Pasar Tradisional Digenjot

Bisnis.com,11 Jul 2024, 16:07 WIB
Penulis: Feni Freycinetia Fitriani
Layanan internet di Pasar Tradisional ini cukup stabil dengan kecepatan unduh mencapai hingga 13 Mbps, dan kecepatan unggah mencapai hingga 1 Mbps. Namun sayangnya masih banyak toko yang belum mengunakan “QRIS” sebagai alat pembayaran, hanya beberapa toko yang dapat menyediakan “QRIS”, salah satunya toko milik ibu Nurhani ini. BISNIS/Erwin Tri Prasetyo

Bisnis.com, JAKARTA - Minimnya transaksi digital, seperti QRIS, di pasar tradisionak perlu ditingkatkan untuk mendukung inklusi keuangan.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Mujiburrohman mengaku penggunaan pembayaran atau transaksi digital oleh pelaku pasar UMKM hingga ritel di daerah masih belum merata.

Data APPSI menunjukkan pengguna pembayaran digital di daerah seperti metode QRIS hingga e-wallet baru mencapai 5%.

Mujib menjelaskan beberapa faktor pelaku pasar di daerah masih belum mau menggunakan QRIS sebagai alat transaksi pembayaran.

Pertama, pelaku pasar ritel di daerah saat ini masih didominasi dengan generasi baby boomer atau gen X yang memilih tidak mau susah menggunakan teknologi QRIS yang perlu menggunakan aplikasi di gawai.

“Jadi pelaku pasar di daerah masih jarang yang milenial atau gen z. Orang-orang tua ini tidak mau ribet pakai aplikasi di smartphone. Mereka lebih memilih transaksi tunai. Anak-anak mereka jarang yang mau bantu di pasar,” katanya, Kamis (11/7/2024)


Kedua, dia juga mendengar keluhan para palaku pasar di daerah yang tidak suka dengan proses settlement atau pencairan dana dari QRIS ke rekening yang butuh waktu 2 hari atau lebih.

Menurutnya, pedagang di pasar di daerah kurang cocok dengan jeda waktu dulu baru bisa tarik tunai dari pembayaran QRIS.

"Mereka itu mau dapat modal pagi, siang atau sore sudah bisa cair untuk belanja lagi. Kalau pakai QRIS kan enggak bisa langsung cair,” ujarnya.

Meski demikian, dia mendengaBank Indonesia (BI) mendorong Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) QRIS meningkatkan percepatan pencairan dana kepada pedagang (merchant).

Bahkan, proses penyelesaian ditargetkan bisa dilakukan dalam H+0 atau pada hari yang sama.


Hal itu, menurut Mujib, bisa menjadi salah satu solusi agar pelaku pasar di daerah mau menggunakan QRIS.

Dia menilai saat ini proses pencairan dana QRIS berbeda-beda tergantung PJP.

Ada yang masuk ke rekening paling cepat 2 hari kerja dan paling lama 5 hari kerja, hingga ada yang melakukannya hanya pada saat hari kerja saja.

"Jika transaksi dilakukan Jumat, maka pencairan baru bisa diambil hari Senin," tuturnya.

Dia mengatakan sosialisasi bank dan pemerintah daerah (pemda) sebenarnya sudah berjalan terkait QRIS.

Namun, kata dia,para pelaku pasar di daerah ini maunya pencairan uang atau settlement bisa langsung cepat karena butuh modal cepat juga kan buat belanja lagi.

Terakhir, Mujib mengatakan pelaku pasar di daerah masih enggan ‘hijrah’ menggunakan QRIS karena sering terkendala sinyal.

Bukan hanya di daerah, pengalaman pedagang di Jakarta saja masih sering terkendala sulit membayar lewat QRIS karena sinyal internet yang buruk.

“Saya jualan soto di Taman Ismail Marzuki di Jakarta, di lobi planetarium, itu rata-rata pedagang mengeluh pembayaran QRIS sering eror karena sinyal dan sering uang tidak masuk ke rekening. Gimana di daerah?" imbuhnya.

Praktisi digital sekaligus Dirut PT Trans Digital Cemerlang (TDC), perusahaan merchant aggregator, mengakui pangsa pasar transaksi digital terutama pengunaan QRIS pada UMKM dan pedagang kecil sangat besar.

Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi quick response code Indonesia standard alias QRIS pada April 2024 tumbuh 175,44 persen secara tahunan (year-on- year/yoy).

Based on data itu, kampanye transaksi digital on the track. Namun memang harus diakui butuh waktu untuk bisa mencapai seluruh wilayah terutama di desa-desa,” ujarnya.


Indra mengatakan Bank Indonesia tidak bisa berjalan sendiri dalam menkampanyekan transaksi digital ke seluruh pelosok negeri.

Seluruh stakeholder dan perusahaan yang bergerak dibidang transaksi digital perlu melakukan sosialisasi yang sama masifnya dan perlu dibarengi dengan kreativitas dan inovasi.

Salah satunya layanan Posku Lite untuk pembayaran melalui QRIS pada komunitas UMKM adalah memberikan insentif pendampingan literasi keuangan, seminar dan workshop digital marketing secara berkala, dan insentif lainnya selama menjadi mitra.

TDC sendiri memiliki tiga produk yakni M2PAY, MEbook dan Posku Lite. Ketiganya masing-masing menyediakan metode pembayaran dan pemantauan transaksi, sistem informasi teritegrasi, dan kemudahan pencatatan toko dan bistro.

Indra mengatakan alasan pentingnya pendidikan dan pendampingan konsultasi keuangan kepada UMKM adalah dalam penyusunan laporan keuangan yang berkualitas.

“Laporan keuangan juga menjadi alat pemilik usaha membuat keputusan tepat dan strategi bisnis, termasuk menarik investor. Dari sisi hukum tentunya juga untuk pelaporan pajak dan pembayarannya sehingga sesuai aturan yang ada,” ujarnya.


Dia juga mengingatkan penting UMKM mengetahui kredibilitas perusahaan penyedia sistem transaksi digital atau perusahaan yang akan memberikan pendampingan keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini