Bos Superbank Beri Penjelasan Rasio LDR Capai 500%, Likuiditas Aman?

Bisnis.com,12 Jul 2024, 01:20 WIB
Penulis: Arlina Laras
Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan (kiri) bersama Presiden Direktur Bisnis Indonesia Group Lulu Terianto (kanan) dalam Media Visit ke kantor Bisnis Indonesia, Kamis (11/7/2024)/Bisnis-Eusobio Chrysnamurti,

Bisnis.com, JAKARTA - Bank digital kongsi PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) Superbank buka suara terkait rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) yang berada di level 515,13% per Maret 2024.

Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan melaporkan tidak ada masalah likuiditas. Ini lantaran, sebagai bank pendatang baru, bisa dibilang pinjaman Superbank masih di bawah ekuitas. Tercatat, rasio Common Equity Tier 1 (CET-1) mencapai Rp5,3 triliun dan kredit mencapai Rp3,7 triliun.

“Tapi semua dari loan [kredit] ini dibiayai oleh capital semuanya. Jadi, deposit tidak membiayai loan-nya. Loan kita masih di bawah ekuitas. Begitu loan kita seperti bank normal 25-30%, maka LDR mendekati 90%-100% jadi baru relevan,” ujarnya saat Media Visit ke Wisma Bisnis Indonesia, Kamis (11/7/2024).

Lebih lanjut, di tengah persaingan yang ketat antar bank digital, Superbank pun membedakan dirinya dengan pemain industri lain, terutama dalam hal layanan kepada merchant.

Di mana, Superbank mampu menawarkan pembayaran kepada merchant secara real-time, artinya merchant akan menerima pembayaran pada hari yang sama, tidak seperti bank digital lain yang mungkin memproses pembayaran pada hari berikutnya.

“Jadi ini sangat menarik untuk seseorang yang butuh cashflow cepat, jadi ini bisa menarik nasabah-nasabah yang sudah menggunakan bank lain bisa [beralih] ke kita,” ujarnya.

Pada saat yang sama, Direktur Keuangan Superbank Melisa Hendrawati menyampaikan bahwa yang paling penting dalam likuiditas adalah rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang mencapai 178,4% per Maret 2024, jauh di atas rata-rata industri yang mencapai 25%.

Bila dirinci, Rasio Kecukupan Likuiditas atau Liquidity Coverage Ratio Superbank mencapai 823% diikuti oleh Net stable funding ratio (NSFR) atau Rasio pendanaan stabil bersih 284%“Karena capital sekuat itu sekarang, kemarin juga kita dapat injeksi total Rp1,2 triliun karena pemegang saham kita mau kasih kepercayaan lebih. Kalau kita lihat rasio enggak cuma satu tapi gimana nih kecukupan capital,” jelasnya.

Untuk diketahui, Superbank telah melaporkan bahwa perusahaan mendapat tambahan investasi sebesar Rp1,2 triliun dari pemegang sahamnya, yaitu Grab, Singtel, dan KakaoBank.

Tambahan investasi yang disetorkan oleh ketiga pemegang saham ini akan mendukung Superbank dalam meningkatkan layanan dan inovasi produk untuk memenuhi kebutuhan finansial dan gaya hidup nasabah yang beragam.

Kemudian, Melisa juga menuturkan penggunaan kekuatan data, khususnya data perilaku (behavioral data) menjadi salah satu elemen kunci Superbank dalam membangun credit scoring dan mengelola rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL).

“Sekarang di kuartal II/2024 akan lebih baik dibanding kuartal I/2024, yang paling penting dari NPL adalah kecukupan pencadangan. Jangan hanya lihat dari NPL gross tapi pencadangan [kita] sangat memadai,” ucapnya.

Tercatat, NPL gross juga terpantau naik menjadi 4,76% dari 3,97%. NPL nett juga naik menjadi 0,57% dari 0,26%.

Sebagai informasi, Superbank, sebelumnya dikenal sebagai PT Bank Fama International yang berdiri di Bandung pada tahun 1993.

Pada awal tahun 2023, Bank Fama resmi menjadi Superbank dan memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta dengan kantor cabang di Jakarta dan Bandung.

Didukung oleh pemimpin industri di sektor teknologi, media, dan keuangan seperti Grab, Grup EMTEK, Singtel, dan KakaoBank, Superbank terus mengintegrasikan teknologi dalam layanan finansial dalam produk serta layanannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ibad Durrohman
Terkini