Duo Bank Besar Ini Masih Gencar Tambah Mesin ATM saat Transaksi Tergerus QRIS

Bisnis.com,16 Jul 2024, 09:05 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Ilustrasi nasabah menggunakan kartu debit di mesin ATM/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -- Jumlah mesin ATM dan transaksinya di industri perbankan terus menyusut. Namun, setidaknya ada dua bank yakni PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. (BRIS) atau BSI dan PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) yang masih menggenjot pertumbuhan mesin ATM-nya. 

Berdasarkan laman resminya, hingga Juni 2024, BSI memiliki lebih dari 2.500 ATM yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun, BSI menjelaskan bahwa seiring dengan meningkatnya customer based yang mencapai 19,4 juta, perseroan akan mengoptimalisasi peningkatan layanan melalui rencana penambahan 5.000 mesin ATM.

Dalam acara Diskusi Buku Mega Merger in The Pandemic Era pada pekan lalu (11/7/2024), Direktur Utama BSI Hery Gunardi sempat menjelaskan salah satu strategi pengembangan layanan BSI pascamerger pada 2021. Menurutnya, BSI yang masih berusia belia membutuhkan branding yang lebih kuat, salah satunya melalui ATM.

Dengan hadirnya ATM BSI, maka akan semakin banyak masyarakat yang mengenal layanan BSI. "Transaction banking kami upayakan sama atau setara dengan bank-bank besar lainnya," kata Hery pada beberapa waktu lalu.

Selain BSI, BCA pun tercatat masih bergeliat menambah mesin ATM. Hingga kuartal I/2024, jumlah ATM BCA mencapai 19.055, naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 18.348.

Adapun, BCA mencatatkan jumlah transaksi ATM mencapai 572 juta transaksi dengan nilai Rp581 triliun.

Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan dari tahun ke tahun, BCA telah memperkuat komposisi ATM setor tarik (cash recycling machine/CRM) di jaringan ATM BCA. Adanya ATM setor tarik memungkinkan nasabah melakukan penarikan dan penyetoran tunai selama 24 jam. 

"BCA melihat kehadiran mesin ATM masih berperan penting dan menjadi pilihan masyarakat dalam melakukan transaksi perbankan," ujar Hera kepada Bisnis.

Meski begitu, secara industri, jumlah mesin ATM mengalami tren penyusutan. Berdasarkan data Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis OJK, jumlah ATM, CDM, dan CRM di Indonesia pada akhir 2023 mencapai 91.412 unit. Jumlahnya menyusut 2.604 unit dalam setahun, atau dibandingkan akhir 2022 sebanyak 94.016 unit.

Selain itu, merujuk data Bank Indonesia (BI), transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM dan debet turun 5,41% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp615,18 triliun per Mei 2024.

Penyusutan jumlah mesin ATM dan transaksinya ini terjadi seiring dengan pesatnya digitalisasi di industri perbankan. BI mencatat, transaksi digital banking mencapai Rp5.570,49 triliun, naik 10,28% yoy.

Kemudian, transaksi uang elektronik naik 35,24% yoy menjadi Rp92,79 triliun. Transaksi QRIS tumbuh 213,31% yoy pada Mei 2024. Jumlah pengguna QRIS mencapai 49,7 juta dengan jumlah merchant 32,25 juta. 

"Transaksi ekonomi keuangan digital kuat didukung sistem pembayaran yang aman, lancar dan andal," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers pada beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini