Kredit Macet Membengkak, Porsi Pinjaman Bank ke UMKM Kian Ciut

Bisnis.com,19 Jul 2024, 13:50 WIB
Penulis: Fahmi Ahmad Burhan
Ilustrasi kredit bermasalah atau non performing loan (NPL)/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Porsi penyaluran kredit terhadap segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kian menciut, menjauh dari target pemerintah. Hal ini ditengarai karena rasio kredit macet UMKM membengkak.

Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), porsi penyaluran kredit UMKM mencapai 18,71% per Mei 2024. Porsinya susut dibandingkan dengan bulan sebelumnya 18,95%.

Porsi kredit UMKM juga susut sepanjang tahun berjalan atau dibandingkan Desember 2023 di level 19,36%. Dengan begitu, porsi kredit UMKM kian jauh dari harapan pemerintah yakni 30%.

Pertumbuhan kredit UMKM pun kian melambat. Per Mei 2024, kredit UMKM tumbuh 7,3%, melambat dibandingkan bulan sebelumnya 8,1%. Adapun, pada akhir tahun lalu, kredit UMKM tumbuh 7,9%.

Senior Faculty LPPI Amin Nurdin mengatakan penyebab porsi kredit UMKM kian susut adalah UMKM belum 100% pulih pasca Covid-19. "Bank pun jadi lebih berhati-hati karena kondisi tersebut," katanya kepada Bisnis pada Kamis (18/7/2024).

Selain itu, penyusutan porsi kredit UMKM pun dipengaruhi oleh rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) UMKM yang kian membengkak. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada Mei 2024, rasio NPL UMKM mencapai level 4,27%, naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya atau April 2024 pada level 4,26%. 

NPL UMKM juga membengkak cukup tinggi sepanjang tahun berjalan atau dibandingkan Desember 2023 yang masih di level 3,71%.

"Hal lain [faktor penyusutan porsi kredit UMKM] bisa terjadi karena latar belakang, saat ini daya beli masyarakat masih belum normal," tutur Amin.

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI Teten Masduki mengatakan pemerintah memang sempat menargetkan agar porsi kredit UMKM bisa mencapai 30%. Namun, menurutnya target tersebut sulit dicapai.

Dia beralasan terdapat kendala yang dirasakan pemerintah dalam mendongkrak porsi kredit UMKM. Menurutnya, selama ini pemerintah, otoritas, hingga lembaga jasa keuangan terlalu mengandalkan agunan sebagai jaminan bagi UMKM yang mau memperoleh kredit. Alhasil, banyak UMKM yang masih enggan untuk mendapatkan akses kredit. 

Pemerintah pun saat ini gencar mendorong kredit UMKM tanpa agunan. "Di 145 negara itu akses pembiayaan sudah lakukan credit scoring, agunannya tidak lagi aset fisik," ujarnya di acara BNI UMKM Festival pada tahun lalu (8/8/2023).

Di perbankan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang mencatatkan porsi kredit UMKM jumbo terus membukukan pertumbuhan kredit UMKM. Per kuartal I/2024, BRI mencatatkan penyaluran segmen kredit mikro sebesar Rp59,2 triliun per Maret 2024, naik 10,5% yoy. 

Segmen usaha kecil mencapai Rp12,1 triliun, naik 5,4% yoy. Lalu, segmen usaha menengah sebesar Rp8,3 triliun, naik 27,7% yoy.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan ke depan, BRI berharap adanya kebijakan penguatan yang dapat memperkuat daya beli masyarakat dan meningkatkan konsumsi rumah tangga.

“Karena dua faktor tersebut menjadi driver utama pertumbuhan kredit UMKM yang menjadi kontributor utama dan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia di tengah kondisi makro ekonomi yang menantang,” ujarnya kepada Bisnis, pekan lalu (14/7/2024).

Namun, NPL UMKM di BRI mengalami peningkatan. Secara bank only, NPL segmen mikro per Maret 2024 mencapai 2,69%, naik dari 2,24%. Kemudian, segmen usaha kecil sebesar 5,44% dari 4,45%, dan usaha menengah menjadi 2,21% dari 2,06%.

Supari mengatakan perseroan telah memiliki strategi untuk menjaga NPL UMKM, di antaranya melalui penyaluran kredit secara selective growth, mendorong peningkatan recovery rate, serta melakukan monitoring pinjaman secara ketat, baik online maupun offline.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) pun mencatatkan pertumbuhan kredit UKM dan mikro pada kuartal I/2024 menjadi sebesar Rp247,9 triliun, dari kuartal I/2023 yang hanya Rp223,2 triliun. 

Namun NPL UMKM di Bank Mandiri meningkat. Secara bank only segmen SME di BMRI memiliki NPL 1,02% per Maret 2024 dari tahun sebelumnya 0,93%. Kemudian, pada periode yang sama NPL segmen mikro mencapai 1,65% dari 1,15%.

Sementara, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) tercatat menyalurkan kredit ke segmen UKM mencapai Rp40,6 triliun per Maret 2024, turun 4,7% secara tahunan dari sebelumnya Rp42,5 triliun. 

Adapun, secara bank only segmen medium perseroan memiliki NPL 5,9% stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara, segmen usaha kecil mengalami kenaikan NPL menjadi 4% dari 2,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini