Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mencapai Rp9.026,2 triliun pada Juni 2024.
Asisten Gubernur, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan bahwa posisi M2 tersebut tumbuh sebesar 7,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada Mei 2024 sebesar 7,6% yoy.
“Perkembangan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit [M1] sebesar 7,0% yoy dan uang kuasi sebesar 7,7% yoy,” katanya melalui keterangan resmi, Senin (22/7/2024).
Investopedia menjabarkan peningkatan jumlah uang beredar biasanya mendorong kebijakan penurunan suku bunga, yang menghasilkan lebih banyak investasi dan menempatkan lebih banyak uang di tangan konsumen, sehingga merangsang pengeluaran. Dunia usaha meresponsnya dengan memesan lebih banyak bahan mentah dan meningkatkan produksi. Meningkatnya aktivitas dunia usaha meningkatkan permintaan akan tenaga kerja.
Hal sebaliknya dapat terjadi jika jumlah uang beredar turun atau ketika tingkat pertumbuhannya menurun. Bank memberikan pinjaman lebih sedikit, bisnis menunda proyek baru, dan permintaan konsumen terhadap hipotek rumah dan pinjaman mobil menurun. Meski demikian, peningkatan uang beredar pada level sangat tinggi (easy money) akan berdampak memicu terjadinya inflasi.
Erwin menjelaskan, komponen M1 dengan pangsa 55,5% dari M2, tercatat sebesar Rp5.008,5 triliun atau tumbuh 7% yoy pada Juni 2024, lebih tinggi dari bukan sebelumnya 6,3% yoy.
Perkembangan M1 ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan pada seluruh komponennya, terutama giro rupiah dan uang kartal di luar bank umum dan BPR.
Tercatat, uang kartal yang beredar di masyarakat sebesar Rp958,6 triliun pada Juni 2024, tumbuh 9% yoy, naik dari bulan sebelumnya 8,7% yoy.
Sementara itu, giro rupiah tercatat sebesar Rp1.733,8 triliun, atau tumbuh 9,3% yoy, naik dari 8,1% yoy pada bulan sebelumnya.Tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pangsa 46,2% terhadap M1, tercatat sebesar Rp2.316,0 triliun pada Juni 2024, juga tumbuh 4,5% yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 4,1% yoy.
Di sisi lain, uang kuasi dengan pangsa 43,7% dari M2, tercatat sebesar Rp3.948,1 triliun atau tumbuh 7,7% yoy, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tumbuh 8,8% yoy.
Erwin menambahkan, perkembangan M2 pada Juni 2024 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih.
Penyaluran kredit pada Juni 2024 tumbuh sebesar 11,5% yoy, relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,4% yoy. Erwin mengatakan, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 3,1% yoy, lebih baik dibandingkan pertumbuhan Mei 2024 sebesar 0,6% yoy. Adapun, tagihan bersih kepada pemerintah pusat tumbuh sebesar 14,0% yoy, setelah tumbuh sebesar 22,7% yoy pada Mei 2024.
Sebagai informasi, Investopedia menjabarkan uang dalam beberapa kategori yakni M0, M1, dan M2. Perinciannya, M0 adalah jumlah total uang kertas dan koin yang beredar ditambah jumlah cadangan bank sentral saat ini.
Selanjutnya, M1 adalah M0 ditambah uang yang disimpan di rekening tabungan biasa dan cek perjalanan. Sedangkan M2 adalah seluruh M1 ditambah uang yang diinvestasikan dalam aset jangka pendek yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun, seperti deposito, obligasi jangka pendek maupun instrumen setara kas lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel