Survei BI: Investasi hingga Akhir 2024 Diproyeksi Melambat

Bisnis.com,29 Jul 2024, 11:45 WIB
Penulis: Maria Elena
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan jajaran Deputi Gubernur BI dalam Konferensi Pers RDG BI di Jakarta, Kamis (17/7/2024)./Bisnis-Annasa Rizki Kamalina.

Bisnis.com, JAKARTA – Realisasi investasi pada semester pertama 2024 menunjukkan indikasi perlambatan dibandingkan periode semester sebelumnya. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), saldo bersih nilai investasi pada semester I/2024 tercatat sebesar 51,4%, turun dari 64,37% pada semester kedua 2023.

Survei tersebut juga mengungkap bahwa jumlah pelaku usaha yang melakukan kegiatan investasi pada semester I/2024 lebih rendah dibandingkan semester II/2023.

"Persentase responden SKDU yang menyatakan telah melakukan kegiatan investasi pada semester I/2024 tercatat sebesar 25,01%, lebih rendah dibandingkan semester sebelumnya yang mencapai 26,65%," tulis BI dalam laporan hasil SKDU, dikutip Senin (29/7/2024).

Secara rinci, realisasi investasi pada semester I/2024 meliputi mesin sebesar 30,09%, bangunan/pabrik 25,08%, dan alat angkut/transportasi 17,6%. Sebagian besar responden menyatakan bahwa investasi yang dilakukan adalah dalam bentuk investasi baru, mencapai 44,54%, serta kombinasi antara investasi baru dan penggantian sebesar 32,23%.

Untuk semester II/2024, persentase responden yang berencana melakukan investasi diperkirakan lebih rendah, yaitu sebesar 23,2%, turun dari semester I/2024. Beberapa faktor yang menghambat rencana investasi pada semester II/2024 menurut responden adalah masalah perizinan (20,55%), suku bunga (15,84%), dan infrastruktur (10,12%).

Meski demikian, pada kuartal II/2024, hasil SKDU BI mencatat kenaikan realisasi investasi dibandingkan kuartal sebelumnya, tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) investasi kuartal II/2024 sebesar 8,24%, lebih tinggi dibandingkan SBT 7,49% pada kuartal I/2024.

Berdasarkan lapangan usaha, peningkatan kegiatan investasi terindikasi terutama pada lapangan usaha industri pengolahan dengan SBT sebesar 1,52%, administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib dengan SBT 0,55% untuk pembelian peralatan kantor, serta jasa pendidikan dengan SBT 0,55% untuk renovasi gedung.

Lebih lanjut, responden memperkirakan investasi tetap kuat dengan SBT 7,81%, meskipun tidak setinggi kuartal sebelumnya. Beberapa lapangan usaha yang tercatat tumbuh antara lain pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan SBT 1,23% untuk pembelian/perbaikan sarana produksi dan fasilitas pendukung, serta industri pengolahan dengan SBT 1,19% terutama untuk perbaikan mesin. Selain itu, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, serta reparasi mobil dan motor juga tercatat tumbuh dengan SBT 0,66% untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan gedung, toko, dan fasilitas umum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini