Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) membukukan laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) senilai Rp1,5 triliun sepanjang semester I/2024.
Sebagai informasi, pada periode yang sama tahun lalu atau semester I/2023 Bank Danamon melaporkan laba bersih senilai Rp1,57 triliun. Sementara, pada kuartal I/2024 laba BDMN tercatat Rp831,24 miliar.
Finance Director Bank Danamon Muljono Tjandra mengatakan pada paruh pertama tahun ini, perseroan juga mencatatkan pendapatan operasional sebelum pencadangan atau pre-provisioning operating profit (PPOP) senilai Rp4,3 triliun atau tumbuh 10% secara tahunan (YoY) dengan pendapatan operasional naik 8% menjadi Rp9,4 triliun.
"Hal itu didukung oleh pendapatan bunga bersih yang naik 5% YoY sejalan dengan pertumbuhan kredit pada semester I/2024. Selain itu, fee based income naik 21%," ujarnya dalam konferensi pers kinerja semester I/2024 Bank Danamon, Selasa (30/7/2024).
Muljono menyebutkan total penyaluran kredit dan trade finance Bank Danamon pada semester 1/2024 mencapai Rp183,9 triliun atau naik 14% YoY yang didorong oleh 4 sektor penyaluran utama.
Secara rinci, kredit ke sektor enterprise banking and financial institution tumbuh 12% YoY menjadi Rp82,7 triliun. Lalu, ke sektor konsumen tumbuh 32% YoY, kredit SME tumbuh 9% YoY, dan kredit melalui Adira Finance tumbuh 15% YoY.
Rasio NPL coverage BDMN pada semester I/2024 tercatat sebesar 263,2% atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 259,9%. Sementara, rasio NPL membaik 10 basis poin menjadi 2,2%.
Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), Bank Danamon menghimpun Rp146,1 triliun atau naik 15% YoY. Muljono menyebutkan DPK perseroan didominasi oleh time deposit yang naik menjadi Rp79 triliun dari Rp56 triliun secara tahunan.
Sementara, dengan kenaikan suku bunga acuan dan kompetisi menarik dana di pasar serta adanya instrumen investasi baru berupa SRBI, dana murah perseroan pun mengalami penyusutan."CASA [dana murah] kami turun 5%, tetapi secara overall DPK masih tumbuh 15% YoY," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Adira Finance Dewa Made Susila menyatakan perseroan menghadapi tantangan berupa pelemahan daya beli masyarakat, khususnya segmen menengah ke bawah, yang berdampak ke bisnis Adira, yang merupakan anak usaha Bank Danamon.
Sebagai informasi, Adira fokus menggarap segmen menengah bawah dengan komposisi 85% pembiayaan sepeda motor, sedangkan untuk pembiayaan roda 4, 50%-nya merupakan kredit komersial berupa kendaraan pickup.
"Dua segmen ini menghadapi tantangan luar biasa tahun ini, dari penurunan daya beli dan kenaikan biaya hidup, terutama biaya makanan dan energi," jelasnya.
Meskipun demikian, hingga semester I/2024 Adira Finance menyalurkan pembiayaan baru senilai Rp20 triliun dan diharapkan dapat mencapai Rp40 triliun pada akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel