Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis indeks literasi dan inklusi keuangan penduduk Indonesia pada 2024. Indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43%, sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02%.
Indeks tersebut timpang dengan sektor syariah, di mana indeks literasi keuangan syariah penduduk Indonesia hanya sebesar 39,11%. Di sisi lain, indeks inklusi keuangan syariah hanya 12,88%.
Melihat fakta tersebut, Ekonom dan Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mempertanyakan peran PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS). Seperti diketahui, BSI berdiri pada 1 Februari 2021 hasil merger dari PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah.
"Produk keuangan syariah belum mampu menggeser perbankan konvensional dalam hal penetrasi pasar. Secara aset pun, bank syariah terbesar di Indonesia (BSI) masih belum mampu masuk ke jajaran bank di KBMI IV," kata Nailul kepada Bisnis, Jumat (2/8/2024).
Dijelaskan dalam POJK No.12/POJK.03/2021 tentang Konsolidasi Bank Umum, bank yang masuk dalam kategori KBMI IV adalah bank dengan modal inti lebih dari Rp70 triliun. Setelah POJK tersebut keluar, hanya tersisa empat bank yang berada di kasta teratas.
"[BSI] Mereka masih kalah dibandingkan bank besar seperti BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri. Alhasil, penetrasi pasar mereka juga masih bisa dibilang kalah dengan keempat bank tersebut," kata Nailul.
Penetrasi syariah yang masih lemah itu menurutnya berdampak juga pada tingkat inklusi. Selain itu, pangsa pasar islami yang digarap juga akan terbatas di perkotaan karena secara fasilitas seperti ATM, kantor cabang, dan fasilitas lainnya.
"BSI dan bank syariah lainnya hanya fokus di kota besar. Mereka sulit bersaing dengan BRI yang mempunyai jaringan hingga kecamatan. Di kota-kota besar mereka juga bersaing dengan Bank KBMI IV dan KBMI III lainnya," kata Nailul.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi menilai tingkat literasi keuangan syariah 39,11% sudah cukup baik. Hanya memang inklusi keuangannya yang hanya 12,88% memang masih rendah.
Artinya, sebetulnya masyarakat sudah paham dengan keuangan syariah tapi aksesnya yang sulit.
"Waktu itu kami ke Yogyakarta ketemu masyarakat, mereka mau punya rekening syariah tapi di wilayahnya tidak ada cabangnya, secara internet juga sulit, padahal itu di Jawa, belum di luar Jawa," katanya saat online konferensi pers, Jumat (2/8/2024).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel