Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah perusahaan multifinance mencatatkan penurunan kinerja laba pada semester I/2024.
Perusahaan yang mengalami penurunan laba misalnya PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) atau Clipan Finance, yang mencatatkan laba bersih periode berjalan sebanyak Rp128,2 miliar. Angka tersebut turun 80,26% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp649,6 miliar pada Juni 2023.
Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo mengatakan penurunan laba tersebut bukan tanpa alasan. Menurutnya, laba pada Juni tahun lalu meningkat tajam lantaran adanya recovery write off (WO) khusus sebanyak Rp500 miliar.
“Jadi, ada kasus utang yang sudah hapus buku karena sudah lama sekali, tetapi asetnya masih di Clipan 2023, anak customer melakukan negosiasi untuk penyelesaiannya sehingga bisa selesai dan menjadi income,” kata Harjanto kepada Bisnis pada Kamis (1/8/2024).
Harjanto menambahkan bahwa jika tidak memperhitungkan recovery WO, laba Clipan Finance pada semester I/2024 sekitar Rp149 miliar. Memang ada penurunan tetapi tidak terlalu signifikan apabila dibandingkan secara apple to apple.
Dia menyebut penurunan tersebut disebabkan oleh pasar otomotif yang tengah lesu serta meningkatnya risiko pasar, di mana tingkat penolakan (rejection) meningkat atau kualitas customer baru tidak memenuhi kelayakan kredit.
Untuk menjaga bisnis hingga akhir 2024, Harjanto mengatakan strateginya adalah mengembangkan pasar dengan dealer-dealer yang belum optimal penggarapannya, melakukan efisiensi pengeluaran, mengupgrade kemampuan tim terkait produktivitas, serta melakukan kolaborasi lebih optimal dengan Panin Group sebagai ekosistem bisnis Clipan Finance.
Di sisi lain, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) atau BFI Finance juga mencatatkan penurunan laba sebanyak 19,16% yoy menjadi Rp685 miliar. Pada Juni 2023, perusahaan meraih laba sebanyak Rp848,3 miliar.
Dikutip dari laporan keuangan BFIN di keterbukaan informasi, jumlah pendapatan perseroan juga turun menjadi Rp3,108 triliun, atau turun 2,84% yoy dari sebelumnya Rp3,19 triliun. Di sisi lain, beban meningkat menjadi Rp2,26 triliun, atau naik 5,31% yoy dari Rp2,149 triliun.
Sebelumnya, Sudjono, selaku Direktur Keuangan BFI Finance, mengakui beragam faktor mempengaruhi kinerja pada paruh pertama 2024, seperti momentum pemilu, Ramadan, dan hari-hari besar tanggal merah.
“Sampai faktor geopolitik ikut mempengaruhi daya beli dan sedikit banyak mempengaruhi pencapaian kinerja kami selama semester I 2024. Dalam menyiasati hal tersebut, penyaluran pembiayaan dilakukan dengan lebih selektif serta melakukan diversifikasi produk guna menjaga kualitas portofolio kredit,” kata Sudjono dalam keterangan resminya.
Dari sisi piutang pembiayaan dikelola (managed receivables), BFI Finance mencatatkan Rp22,4 triliun di mana porsi piutang didominasi tujuan produktif modal kerja, sebesar 57,5%. Penyaluran piutang pembiayaan ini berkontribusi terhadap total aset sebesar Rp24,3 triliun, naik 0,5% secara kuartalan (quarter-on-quarter/qoq), didukung oleh nilai pembiayaan baru (new booking) sebesar Rp9 triliun. Segmen pembiayaan roda empat masih menjadi mayoritas kontributor dengan nilai sebesar Rp6,1 triliun.
Profil risiko BFI Finance tetap terkendali dengan tingkat pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) per Juni 2024 pada level bruto 1,47%, dan level neto 0,29% atau turun 50 basis poin (bps) dibandingkan per Juni 2023.
Selain itu, PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) atau Mandala Finance mencatatkan penurunan laba bersih tahun berjalan sebesar 11,6% yoy menjadi Rp213,36 miliar pada Juni 2024, dari Rp241,54 miliar pada Juni 2023.
Padahal, pendapatan perseroan meningkat menjadi Rp1,13 triliun, naik 3,55% dari sebelumnya Rp1,095 triliun pada Juni 2023. Namun, beban meningkat 9,21% menjadi Rp866 miliar dari sebelumnya Rp793 miliar pada Juni 2023.
Terakhir, PT Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) atau Adira Finance mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp765 miliar pada Juni 2024, turun 6,5% yoy dari Rp818 miliar pada Juni 2023.
Pendapatan perseroan mencapai Rp5 triliun, naik 10,68% yoy dari Rp4,52 triliun pada Juni 2023. Namun, beban meningkat 16,3% yoy menjadi Rp4,04 triliun.
Meskipun demikian, ada juga perusahaan multifinance yang mencatatkan peningkatan laba pada periode Juni 2024, seperti PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF) atau WOM Finance yang mencatatkan kenaikan laba sebesar 10,42% yoy menjadi Rp97,27 miliar, dari Rp88 miliar.
Presiden Direktur WOM Finance, Djaja Suryanto, mengatakan bahwa WOM Finance telah melakukan ekspansi bisnis di daerah-daerah potensial, efisiensi biaya operasional, pengendalian biaya yang efektif, serta inovasi teknologi untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen.
“Hingga akhir tahun, perusahaan menargetkan laba sebanyak Rp259 miliar. Meskipun tantangan ekonomi global masih ada, perusahaan tetap mampu menjaga kinerja keuangan yang solid,” kata Djaja.
Total aset per Juni 2024 tercatat sebesar Rp6,9 triliun, meningkat 1,72% yoy. Total ekuitas WOM Finance per Juni 2024 tercatat sebesar Rp1,7 triliun, meningkat 11,81% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. WOM Finance berhasil mencatatkan Return on Asset (ROA) sebesar 4,01% dan Return on Equity (ROE) sebesar 11,34%, sedangkan Non Performing Financing (NPF) Gross berada di level 2,44%.
Rekap Laba Perusahaan Leasing Tercatat di BEI
Multifinance |
Juni 2024 |
Juni 2023 |
Perubahan (%) |
Clipan Finance |
Rp128,2 miliar |
Rp649,6 miliar |
-80,26% |
BFI Finance |
Rp685 miliar |
Rp848,3 miliar |
-19,16% |
Mandala Finance |
Rp213,36 miliar |
Rp241,54 miliar |
-11,6% |
Adira Finance |
Rp765 miliar |
Rp818 miliar |
-6,5% |
WOM Finance |
Rp97,27 miliar |
Rp88 miliar |
10,42% |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel