Margin Bunga Bersih (NIM) Susut, OJK: Bank Pilih Jaga Kualitas Kredit

Bisnis.com,05 Agt 2024, 15:49 WIB
Penulis: Arlina Laras
Ilustrasi bank. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pergerakan rerata suku bunga kredit cenderung flat dengan suku bunga kredit modal kerja (KMK) dan kredit konsumtif (KK) menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Edina Rae mengatakan hal ini disebabkan prioritas bank untuk tetap menjaga kualitas kredit. Adapun, margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) mengalami tren penyusutan.

“NIM turun menjadi 4,57% per Juni 2024, dari Juni tahun lalu [2023] 4,8%,” ujarnya dalam RDK Bulanan, Senin (5/8/2024).

Akan tetapi, Dian menyebut profitabilitas bank atau return on asset (ROA) masih tetap tinggi, di mana per Juni 2024 mencapai 2,66% dari Mei 2024 yang sebesar 2,56%. Ini menunjukkan kinerja industri perbankan tetap resilien dan stabil yang ditopang oleh tingkat permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan yang tinggi sebesar 26,18%.

Sebagaimana diketahui, NIM memberikan gambaran tentang seberapa efisien suatu lembaga keuangan dalam menghasilkan keuntungan dari selisih antara pendapatan bunga yang diperoleh dan biaya bunga yang dibayar. 

Makin besar angka NIM mengindikasikan potensi keuntungan perbankan dari dana yang disalurkan semakin besar.

Di sisi lain, secara umum rerata tertimbang suku bunga dana pihak ketiga (DPK) dalam tren meningkat. Ini sejalan dengan naiknya suku bunga acuan selama satu tahun terakhir.

Untuk diketahui, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%. Kenaikan ini merupakan yang pertama kalinya sejak kenaikan terakhir pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin menjadi 6%.

Adapun, per Juni 2024 kinerja intermediasi terjaga baik dengan kredit tumbuh 12,36% yoy atau sebesar Rp7.478 triliun didorong oleh kredit investasi yang mencapai 15,09% yoy.  

Sejalan dengan pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh menjadi 8,45% yoy atau sebesar Rp8.722 triliun, dengan giro yang menjadi kontributor terbesar yaitu tumbuh 13,48% yoy. 

Lebih lanjut, likuiditas perbankan pada Juni 2024 memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing tercatat sebesar 112,33% dan 25,37%, jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.  

Risiko kredit perbankan juga terjaga dengan rasio non-performing loan (NPL) nett dan NPL gross yang tetap rendah di bawah ambang batas, masing-masing berada di 0,78% dari bulan sebelumnya 0,79% dan 2,26% dari bulan sebelumnya 2,56%.

Sementara itu, LAR menunjukkan penurunan 10,51% dari Mei 10,75%. "Semakin mendekati level sebelum pandemi yaitu 9,93% pada Desember 2019," kata Dian.

Adapun, NPL gross menurun 4,04%, membaik ketimbang Mei yang sebesar 4,27% dengan LAR kredit UMKM menurun 13,50% dari Mei 13,83%, sedangkan Juni tahun sebelumnya sebesar 16,84%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini