Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) menekankan akan terus mencermati kinerja ekspor serta perkembangan aliran modal asing, baik inflow maupun outflow, hingga pemilu di AS karena akan mempengaruhi kondisi cadangan devisa dan rupiah.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto mengaku pihaknya harus mencermati faktor-faktor yang bisa menahan tren penguatan rupiah.
"Salah satunya, tensi geopolitik di Timur Tengah yang saat ini kembali memanas, serta kondisi pemilu di Amerika Serikat," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (7/8/2024).
Untuk diketahui, cadangan devisa menjadi penting karena berguna untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah serta stabilisasi nilai tukar.
Seperti halnya pada April lalu, cadangan devisa harus turun senilai US$4,2 miliar untuk stabilisasi nilai tukar rupiah yang sempat menembus lebih dari Rp16.200 per dolar AS. Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25%.
Per Juli 2024, cadangan devisa (cadev) tercatat naik US$5,2 miliar dari Juni 2024, menjadi senilai US$145,5 miliar.
"Peningkatan cadev salah satu sumbernya adalah penerbitan sukuk global pemerintah. Tentu dengan cadev yang memadai akan mendorong kepercayaan investor juga meningkat," tuturnya.
Lebih lanjut, Edi melihat kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih cukup baik dan didorong oleh sentimen global yang kondusif, terlebih ekspektasi pasar bahwa The Fed akan menurunkan Fed Fund Rate (FFR) tahun ini, menjadi sinyal rupiah akan terus menguat.
"Tentu hal tersebut mendukung probabilitas penguatan nilai tukar rupiah semakin terbuka. Hari ini nilai tukar rupiah cukup menguat, bahkan sudah break Rp16.100," lanjutnya.
Lain kesempatan, Ekonom Bank Danamon Hosianna Situmorang melihat naiknya cadangan devisa menjadi sinyal optimistis para investor untuk menanamkan modalnya di dalam negeri.
Hal ini juga sejalan dengan kondusifnya dan masih solidnya aktiitas ekonomi di domestik plus global juga dengan antisipasi penurunan suku bunga oleh The Fed.
"Ini positif untuk optimisme investor dan pelaku pasar terkait kestabilan nilai tukar yang berpotensi menguat ke level 15.800 [pada akhir tahun]," jelasnya.
Adapun, posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI menilai bahwa cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Cadangan Devisa RI Sepanjang 2024
Bulan | Nilai (miliar dolar AS) |
Jan | 145,1 |
Feb | 144 |
Mar | 140,4 |
Apr | 136,2 |
Mei | 139 |
Jun | 140,2 |
Jul | 145,5 |
Sumber: Bank Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel