Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom meramal Bank Indonesia dapat mengumpulkan cadangan devisa (cadev) hingga kisaran US$150 miliar pada akhir 2024.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual menyampaikan hal tersebut sangat mungkin, asalkan Federal Reserve (The Fed) benar memangkas suku bunga Fed Fund Rate (FFR) pada tahun ini.
“Saya pikir [cadev] sekitaran ini ya US$145 miliar sampai US$150 miliar, bisa aja kalau The Fed benar-benar menurunkan suku bunga,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (7/8/2024).
Melihat posisi cadev per Juli 2024 yang naik siginfikan senilai US$5,2 miliar dalam satu bulan, David menyampaikan hal tersebut sejalan dengan penerbitan sukuk global yang berhasil menarik aliran modal asing masuk dan meningkatkan posisi cadev dari bulan sebelumnya.
Ke depan, peluang untuk cadangan devisa melanjutkan tren kenaikan masih akan terbuka. Terutama dengan adanya optimisme pasar akan The Fed yang akan menurunkan FFR pada September 2024.
Selain itu, kenaikan cadev pada Juli 2024 turut dipengaruhi oleh kebutuhan untuk intervensi terhadap rupiah yang tidak sebesar bulan-bulan sebelumnya.
Meski masih di atas Rp16.000 per dolar AS, rupiah cenderung stabil pada Juli 2024. Tercatat rupiah menguat 0,71% sepanjang Juli 2024. Pada penutupan pasar hari ini, Bisnis mencatat rupiah terus menguat dan berada di posisi Rp16.035 per dolar AS.
Ke depan, David melihat rupiah masih akan fluktuatif di kisaran Rp16.000 hingga Rp16.300 per dolar AS. Namun, ruang untuk rupiah menguat ke bawah Rp16.000 juga terbuka lebar.
“Kita lihat saja di Agustus [2024] ini seperti apa, peluang di bawah Rp16.000 terbuka, karena kan kita nunggu FFR ini yang penting,” lanjutnya.
Sementara dari sisi domestik, Bank Indonesia belum mengumumkan membuka peluang penurunan suku bunga acuan atau BI Rate lebih cepat dari prognosis awal, yakni pada akhir kuartal IV/2024.
Dengan kata lain, BI akan menunggu The Fed memangkas suku bunga lebih dahulu, baru kemudian pihaknya melakukan penurunan BI Rate.
Meski demikian, Bank Indonesia mewanti-wanti kinerja ekspor, aliran modal asing, hingga pemilu di AS karena sedikit banyak akan berdampak terhadap cadangan devisa dan nilai tukar.
“Hal-hal yg perlu dicermati terhadap cadev ini adalah bagaimana kinerja ekspor kita ke depan, perkembangan inflow/outflow dari investor asing,” tutur Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto, Rabu (7/8/2024).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel