Bisnis.com, JAKARTA -- Industri asuransi jiwa sedang mempersiapkan strategi baru di tengah penurunan signifikan hasil investasi yang mencapai 29,99% year-on-year (yoy) menjadi Rp11,46 triliun pada Juni 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, menjelaskan bahwa penurunan terbesar terjadi pada lini usaha PAYDI, khususnya pada instrumen saham dan reksadana. "Asuransi jiwa memiliki penempatan yang signifikan pada instrumen saham dan reksadana, masing-masing sebesar 26% dan 14% dari total investasi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (7/8/2024).
Ogi menambahkan bahwa penurunan hasil investasi ini dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan ekonomi yang menekan arus investasi di pasar modal, termasuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun lebih dari 6% sejak awal tahun.
Untuk mengantisipasi penurunan ini, perusahaan asuransi disarankan meninjau kembali strategi investasinya dan melakukan pergeseran (shifting) ke instrumen yang memberikan imbal hasil lebih baik. "Perusahaan asuransi harus berpegang pada prinsip liability driven investment untuk memastikan kecukupan investasi dan likuiditas yang diperlukan untuk membayar manfaat kepada pemegang polis di masa depan," kata Ogi.
Direktur Utama Simas Jiwa, Dewi Listyaningtyas, menanggapi kondisi ini dengan mengonfirmasi bahwa perusahaannya telah melakukan pergeseran dari produk unit linked alias PAYDI ke produk asuransi jiwa tradisional. "Kami masih menjual unit link, tapi tidak seagresif tahun sebelumnya. Porsinya tetap besar, tapi secara bertahap kami melakukan perubahan ke tradisional," ujarnya, Rabu (7/8/2024).
Dewi menambahkan bahwa pergeseran ini disebabkan oleh pertumbuhan yang lebih cepat pada produk asuransi jiwa tradisional dibandingkan unit link. "Unit link tergantung dengan market, tetapi secara umum, industri menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat pada produk tradisional," ungkapnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan produk asuransi jiwa tradisional di Simas Jiwa mencapai level dua digit, yaitu 60% pada semester I/2024, dan perusahaan optimistis produk ini dapat tumbuh 160% sepanjang 2024. Dewi menegaskan bahwa perusahaan akan menyesuaikan strategi investasi berdasarkan produk yang ditawarkan. "Hasil investasi di Simas tergantung pada produknya. Kami menerapkan asset liability management (ALM) yang mencocokkan setiap produk dengan hasil investasi sesuai target. Return di fixed income sekitar 7%," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel