Bisnis.com, JAKARTA – Margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) industri perbankan menyusut secara tahunan (year-on-year/YoY) per Juni 2024. Apa faktor penyebabnya?
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menyebut bahwa tren penurunan tersebut tak terlepas dari berbagai isu, di antaranya perebutan likuiditas dan perlambatan kredit.
“Perebutan likuiditas itu menjadi suatu hal yang penting bagi perbankan untuk mengumpulkan dana pihak ketiga,” katanya kepada Bisnis, Selasa (6/8/2024).
Trioksa memaparkan, persaingan perebutan dana pihak ketiga itu memaksa bank untuk lebih kompetitif dalam memberikan penawaran bunga kepada pihak nasabah.
Dia berpendapat bahwa hal tersebut menjadi faktor utama yang membuat NIM perbankan sedikit tergerus dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Selain itu, Trioksa juga melihat bahwa kinerja bank dari segi kredit mulai mengalami perlambatan, terutama untuk ekspansi.
“Karena kondisi global dan juga daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih. Di satu sisi bank memperebutkan dana pihak ketiga, sehingga suku bunganya harus kompetitif. Di sisi lain, ekspansi kredit itu agak terhambat, apalagi jika menaikkan bunga kredit,” tandasnya.
Berdasarkan catatan Bisnis, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan pergerakan rerata suku bunga kredit cenderung flat dengan suku bunga kredit modal kerja (KMK) dan kredit konsumtif (KK) menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Edina Rae mengatakan hal ini disebabkan prioritas bank untuk tetap menjaga kualitas kredit. Adapun, margin bunga bersih alias net interest margin mengalami tren penyusutan.
“NIM turun menjadi 4,57% per Juni 2024, dari Juni tahun lalu [2023] 4,8%,” ujarnya dalam RDK Bulanan, Senin (5/8/2024).
Akan tetapi, Dian menyebut profitabilitas bank atau return on asset (ROA) masih tetap tinggi, di mana per Juni 2024 mencapai 2,66% dari Mei 2024 yang sebesar 2,56%.
Menurutnya, hal ini menunjukkan kinerja industri perbankan tetap resilien dan stabil yang ditopang oleh tingkat permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan yang tinggi sebesar 26,18%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel