Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) memperkirakan pembiayaan kendaraan turun 14-15% seiring dengan lesunya penjualan kendaraan bermotor saat ini.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mencatat penjualan kendaraan roda empat di pasar domestik dalam periode Januari-Juli 2024 mencapai 588.688 unit, turun 16,78% year-on-year (yoy) dibanding 707.422 unit pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Ketua Bidang Pengembangan Industri APPI Harjanto Tjitohardjojo mengatakan kondisi tersebut juga dipengaruhi faktor daya beli masyarakat yang juga turun.
"Strateginya sekarang kita coba upgrade sistem. Kita optimis daya beli masyarakat pasti akan rebound. Kedua, demografi kita cukup menunjang dengan jumlah penduduk 270 juta lebih, potensi kepemilikan kendaraan masih besar sekali, cuma memang momentum situasi tahun ini yang kurang baik. Tapi kita percaya tahun-tahun yang akan datang peluangnya besar," kata Harjanto kepada Bisnis, Selasa (13/8/2024).
Strategi berikutnya adalah mendorong pembiayaan di segmen refinancing atau pembiayaan kembali atas barang milik konsumen.
"Jadi nasabah tidak hanya butuh beli mobil tapi butuh uang untuk pendidikan, untuk renovasi rumah, untuk pernikahan, atau untuk umroh. Mereka butuh dana. Itu refinancing, atau BPKB mereka bisa pinjamkan kita, kita kasih pembiayannya. Itu yang skarang lagi cukup marak," kata Harjanto.
Hal tersebut dilakukan untuk mengimbangi pembiayaan sektor kendaraan yang turun. Selama ini, market share pembiayaan kendaraan dari seluruh objek pembiayaan 44-46% adalah dari sektor kendaraan.
"Kalau di industri memang mereka lagi concern ke situ, dengan mengimbangi penurunan di otomotif, itu yang salah satu secara industrinya gak jauh beda karena sama-sama agunannya aset, mobil atau motor," ujarnya.
Meski tertekan dengan penjualan kendaraan yang turun, secara keseluruhan pembiayaan perusahaan pembiayaan pada semester I/2024 meningkat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan kembali tumbuh sebesar 10,72% yoy pada Juni 2024 menjadi Rp492,17 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel