Konglomerat Chairul Tanjung Kuasai 5 Bank, Intip Kinerja Laba Semester I/2024

Bisnis.com,13 Agt 2024, 14:18 WIB
Penulis: Arlina Laras
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) di Jakarta, Senin (22/7/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Konglomerat Chairul Tanjung melalui PT Mega Corpora secara langsung maupun tidak langsung menguasai lima bank di Tanah Air. Lantas, bagaimana arah kinerja sederet bank pada enam bulan pertama alias semester I/2024?

Untuk diketahui, crazy rich ini memiliki tiga bank yang berstatus anak usaha yakni  PT Bank Mega Tbk. (MEGA), PT Bank Mega Syariah, serta PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI).  

Tak hanya itu, Chairul Tanjung melalui Mega Corpora juga terpantau menggenggam kepemilikan saham di beberapa bank daerah, seperti di Bank Sulteng yang memiliki 24,9% saham dan menggenggam sebanyak 24,82% di Bank Sulutgo.

 Lalu bagaimana kinerja bank dalam konglomerasi Chairul Tanjung:

1. Laba Bank Mega (MEGA)

PT Bank Mega Tbk. (MEGA) meraup laba bersih Rp1,22 triliun pada semester I/2024, turun 37,67% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp1,97 triliun.  

Berdasarkan laporan keuangan, penurunan laba Bank Mega didorong oleh penyusutan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 8,08% yoy menjadi Rp2,69 triliun pada kuartal II/2024.  

Margin bunga bersih MEGA pun turun 37 basis poin (bps) menjadi 4,98% per Juni 2024, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,35%. 

Pada saat yang sama, ada juga peningkatan pada CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) yang tercermin dari impairment yang ikut membuat membuat laba perseroan tergerus. Impairment MEGA pada semester I/2024 tercatat sebesar Rp117 miliar, naik 35,46% YoY dari posisi Rp86,81 miliar pada semester I/2023.

Beban operasional bank juga membengkak dari Rp495,98 miliar pada Juni 2023 menjadi Rp1,19 triliun pada Juni 2024. 

Alhasil, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) pun naik dari 62,62% pada Juni 2023 menjadi 74,99% pada Juni 2024. Semakin naik rasio BOPO menunjukkan semakin tidak efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya. 

Dari sisi intermediasi, Bank Mega telah menyalurkan kredit Rp64,11 triliun, turun 12,25% yoy. Aset bank pun turun dari Rp129,24 triliun, menjadi Rp128,08 triliun.  

Selanjutnya, dari segi pendanaan, Bank Mega telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp89,48 triliun, turun 6,73% yoy. Namun, raupan dana murah atau current account saving account (CASA) Bank Mega melesat 28,36% yoy menjadi Rp30,96 triliun.

Corporate Secretary Bank Mega Christiana M. Damanik mengatakan persaingan tingkat suku bunga di pasar sampai saat ini masih menjadi tantangan tersendiri bagi bank, yang berdampak pada pada biaya dana atau cost of fund Bank pada semester I/2024.

Selain itu, terdapat kenaikan biaya operasional pada beberapa pos, sehingga kondisi tersebut berpengaruh terhadap kinerja Bank Mega per Juni 2024. 

“Ke depan, Bank Mega akan terus berupaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya,” ujarnya kepada Bisnis, pekan lalu (8/8/2024).

Dari sisi pertumbuhan DPK, kata Christiana, perseroan akan lebih fokus pada pertumbuhan dana ritel, khususnya pada CASA agar dapat menekan biaya dana (CoF), yang antara lain dilakukan dengan cara meningkatkan optimalisasi jaringan cabang dalam penghimpunan dana ritel dan melanjutkan program loyalty (Program Undian Meriah Bareng Mega) untuk meningkatkan tabungan.

Selanjutnya, dalam upaya peningkatan kredit, Bank Mega akan fokus pada pembiayaan sindikasi, pembiayaan Bilateral dan indirect channel. 

"Pada pembiayaan sindikasi, Bank Mega akan bekerjasama dengan bank-bank yang aktif dalam pembiayaan sindikasi," ujarnya. 

2. Allo Bank (BBHI)

Bank digital PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) milik Chairul Tanjung ini melaporkan telah membukukan laba senilai Rp200,59 miliar pada semester I/2024.  

Mengutip laporan keuangan, laba BBHI itu turun 7,24% yoy dibandingkan periode Juni 2023 yang sebesar Rp216,26 miliar. Sebenarnya BBHI mencatatkan peningkatan NII sebesar 7,46% yoy menjadi Rp528,61 miliar per Juni 2024 dari Rp491,94 miliar pada Juni 2023. 

Kemudian bank juga membukukan pendapatan berbasis komisi alias fee based income yang naik 115,36% yoy menjadi Rp10,77 miliar per Juni 2024 dari sebelumnya Rp5 miliar. Lalu, pendapatan lainnya tumbuh 333,31% yoy menjadi Rp66,34 miliar dari sebelumnya Rp15,31 miliar.

Namun, pada saat yang sama kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) mengalami kenaikan 84,09% yoy menjadi Rp30,99 miliar dari sebelumnya Rp16,83 miliar.

Sejumlah beban mengalami peningkatan, mulai dari tenaga kerja yang naik 18,23% yoy menjadi Rp83,83 miliar. Kemudian, beban promosi naik 6,89% yoy menjadi Rp85,62 miliar disusul oleh beban lainnya yang membengkak 41,31% yoy menjadi Rp144,83 miliar.  

Dari sana, beban operasional lainnya pun kian meningkat menjadi Rp268,36 miliar atau naik 26,2% yoy dari periode yang sama tahun lalu Rp212,64 miliar. Hal ini akhirnya menekan laba operasional BBHI yang susut 6,82% yoy menjadi Rp260,25 miliar. 

Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo melaporkan bahwa bisnis inti Allo Bank tetap kuat dan pihaknya optimistis terhadap terkait kinerjanya tahun ini. 

“Namun demikian, biaya operasional mengalami kenaikan 24% yoy dari Rp253 miliar ke Rp314 miliar. Sebagai bank umum berbasis digital, Allo Bank banyak melakukan pengembangan Teknologi Informasi,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (8/8/2024). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  1. 1
  2. 2
Tampilkan semua
Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini