Intip Strategi Sukses Koperasi Besar di Dunia

Bisnis.com,14 Agt 2024, 12:54 WIB
Penulis: Newswire
Koperasi Indonesia/Dekopin

Bisnis.com, JAKARTA -- Pada awal tahun 2024, International Cooperative Alliance (ICA) bersama lembaga riset Euricse merilis daftar 300 Koperasi Besar Dunia dengan total nilai bisnis mencapai Rp37 ribu triliun, setara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) Italia. Dari 300 koperasi tersebut, Amerika Serikat mendominasi dengan 77 koperasi, diikuti oleh Singapura dengan 2 koperasi dan Malaysia dengan 1 koperasi. Namun, tidak satu pun koperasi dari Indonesia masuk dalam daftar prestisius ini.

Suroto, CEO Induk Koperasi Usaha Rakyat (INKUR) menyebut kunci utama yang menjadikan koperasi-koperasi besar ini sukses, tetapi tidak banyak diketahui oleh publik adalah sistem pembagian keuntungan atau surplus dari koperasi yang berbeda dengan perusahaan korporasi pada umumnya.

Sistem ini disebut Divvy, yang merupakan kebijakan pembagian keuntungan berdasarkan tingkat partisipasi pekerja dan konsumen, bukan hanya berdasarkan modal finansial. Sistem ini mencerminkan keadilan partisipatif yang sulit diterapkan dalam perusahaan korporasi kapitalis, yang umumnya hanya membagi keuntungan kepada investor atau pemegang saham.

"Cara membaginya juga tidak sembarangan, melainkan menggunakan dasar keadilan partisipatif," kata Suroto dikutip dari Antara, Rabu (14/8/2024).

Divvy diterapkan di berbagai jenis koperasi di seluruh dunia, mulai dari koperasi konsumen, simpan pinjam, hingga koperasi sektor pertanian dan layanan publik. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Charles Howarth, ketua kedua Koperasi Rochdale, yang belajar dari komunitas Owenite.

Di Indonesia, sistem Divvy belum banyak dikenal dan belum diajarkan di sekolah atau universitas. Padahal, sistem ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan daya saing koperasi di Indonesia dan memberikan keuntungan yang lebih adil bagi anggotanya.

Divvy secara definisi adalah merupakan sistem pembagian keuntungan atau sisa hasil usaha (SHU) yang didasarkan bukan hanya dari dasar investasi finansialnya namun juga didasarkan pada kontribusi dari transaksi lainnya. Bentuknya seperti pembelanjaan pada model koperasi konsumen, berdasarkan pada kontribusi lainnya seperti tenaga atau pikiran serta tanggung jawab jabatan dalam model koperasi pekerja ataupun didasarkan pada besaran kontribusi hasil produksi pada koperasi produsen.

Divvy ini merupakan sistem pembagian keuntungan di semua sektor koperasi yang dipakai di seluruh dunia hingga saat ini. Dari koperasi konsumen, simpan pinjam (Credit Union), asuransi, pertanian, peternakan, layanan publik koperasi listrik, rumah sakit, perumahan, bioskop, dan lain lain.

Dalam korporasi kapital, diketahui sistem pembagian keuntungan, profit, atau earning, atau deviden itu hanya dibagi kepada pemodal finansial atau sering disebut sebagai investor atau shareholder atau stockholder. Mereka yang mendapatkan bagian keuntungan perusahaan adalah hanya penyetor modal finansial.

Sistem Divvy akan berdampak pada loyalitas dari konsumen dan pemiliknya. Teknisnya, pada Divvy omzet atau penjualan dikurangi terlebih dulu harga pokok penjualan(HPP), sehingga muncul hasil keuntungan bruto.

Dari keuntungan bruto kemudian akan dikurangkan terlebih dahulu oleh biaya biaya dan di dalamnya ada gaji, biaya penyusutan dan amortisasi, hingga biaya administrasi dan umum.

Barulah kemudian dihasilkan keuntungan bersih sebelum bunga dan pajak (earning before interest and tax/EBIT). Setelah dikurangi pajak dan bunga barulah diketahui jumlah keuntungan atau SHU bersih yang kemudian akan dibagi. Ini kemudian pada sistem divvy dibagikan berdasarkan pada kontribusi anggota yang tidak hanya didasarkan pada kepesertaan modal finansialnya. Tapi juga didasarkan pada kontribusi lainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini