Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan sejumlah bank melakukan revisi dengan memangkas laba pada tahun ini. Lantas, seperti apa kondisi di BTN, CIMB Niaga Cs dan bagaimana strategi bank dalam menghadapi tekanan profitabilitas?
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan kondisi tersebut terjadi karena kondisi suku bunga global yang masih tinggi ditambah lagi adanya kenaikan biaya dana akibat perebutan dana murah di pasar.
“Sementara, suku bunga kredit saat ini tergolong stabil di tengah suku bunga DPK yang meningkat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (12/8/2024).
Meskipun demikian, kata Dian, sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB) revisi dari bank margin bunga bersih (net interest margin/NIM) pada akhir 2024 diproyeksikan masih tergolong stabil dibandingkan dengan NIM pada semester I/2024.
Menurutnya, ini tecermin oleh capaian realisasi laba perbankan pada Juni 2024 yang lebih baik dibandingkan dengan proyeksi pada awal tahun.
“Dengan optimisme bahwa penyaluran kredit perbankan di 2024 masih cukup tinggi dengan pencapaian double digit, pertumbuhan kinerja perbankan pada tahun 2024 diharapkan tetap terjaga baik meskipun mungkin tidak setinggi tahun lalu,” ujar Dian.
BTN
Adapun, dari sisi pemain Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Nixon L.P. Napitupulu mengatakan bahwa perseroan memutuskan untuk lebih realistis dalam menetapkan target pertumbuhan laba tahun ini. BTN pun menurunkan target pertumbuhan laba dari semula 10%-11% menjadi sekitar 1%.
Nixon mengatakan bahwa langkah ini diambil perseroan, karena kebijakan suku bunga global higher for longer tidak sesuai dengan prediksi.
“Saya mending turunkan [target laba], tetapi saya bisa deliver, daripada saya janjikan, tetapi saya tidak bisa deliver. Jadi, saya mesti realistis. Cost of fund [biaya dana] ini kan naik terus,” katanya, Rabu (31/7/2024)
Meski begitu, Nixon mengatakan bahwa cost of fund BTN kian menurun hingga kini berada sudah berada pada level di bawah 4%. Menurutnya, kondisi bisnis bank akan jauh membaik jika suku bunga acuan mulai turun.
Seiring dengan adanya sinyal pemangkasan suku bunga acuan, saat ini perseroan berstrategi dengan melakukan restrukturisasi pengelolaan pendanaan.
“Kemudian kita buat satu engine baru namanya Prospera, di bawah Prioritas, tapi di atas regular. Jadi, baru dikelola sudah naik 20%. Nah itu upaya yang kita lakukan, sehingga CoF turun dari 4,2% menjadi 3,9%,” jelasnya.
Bank Mega
Senada, Corporate Secretary PT Bank Mega Tbk. (MEGA) Christiana M. Damanik mengungkapkan bahwa persaingan tingkat suku bunga di pasar sampai saat ini masih menjadi tantangan.
Selain itu, terdapat kenaikan biaya operasional pada beberapa pos, sehingga kondisi tersebut berpengaruh terhadap kinerja Bank Mega per Juni 2024.
“Atas kondisi tersebut, Bank Mega telah menyampaikan Revisi Rencana Bisnis Bank [RBB] kepada OJK," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Bank Mega meraup laba bersih Rp1,22 triliun pada semester I/2024, turun 37,67% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp1,97 triliun.
Ke depan, kata Christiana, Bank Mega akan terus berupaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya.
Kemudian, dari sisi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga, Bank Mega akan lebih fokus pada pertumbuhan dana ritel, khususnya pada CASA agar dapat menekan biaya dana alias CoF, yang antara lain dilakukan dengan cara meningkatkan optimalisasi jaringan cabang dalam penghimpunan dana ritel dan melanjutkan program loyalty (Program Undian Meriah Bareng Mega) untuk meningkatkan tabungan.
Nantinya, dalam upaya peningkatan kredit, Bank Mega akan fokus pada pembiayaan sindikasi, pembiayaan Bilateral dan indirect channel.
“Adapun, dalam pembiayaan sindikasi, Bank Mega akan bekerja sama dengan bank-bank yang aktif dalam pembiayaan sindikasi,” kata Christiana.
Bank Syariah
Dari kalangan perbankan syariah, Ketua Bidang Regulasi Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Pandji P. Djajanegara menggambarkan bahwa adanya kemungkinan penempatan dana mengalami kenaikan biaya, alhasil membuat bank-bank syariah sedikit menahan laju pembiayaan.
“[Yang pada akhirnya] mengakibatkan rasio margin bunga bersih bank menurun,” katanya kepada Bisnis, Selasa (13/8/2024).
Pandji yang juga merupakan Direktur Syariah Banking CIMB Niaga pun mengatakan untuk unit usaha syariah yang dia pimpin tidak mengalami koreksi laba.
Dia menuturkan memang sejak awal tahun, CIMB Niaga Syariah memang tidak menyusun budget yang agresif “Ini karena kami lebih memfokuskan untuk mengkonsolidasi menyusun persiapan spin off,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel