Bank Mandiri (BMRI) Bicara soal Bisnis Bank Tahun Depan usai Asumsi Makro 2025 Jokowi

Bisnis.com,19 Agt 2024, 20:25 WIB
Penulis: Arlina Laras
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Mandiri di Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menyampaikan perkembangan bisnis bank usai Presiden Joko Widodo (Jokowi) membacakan asumsi makro 2025 pada akhir pekan lalu, Jumat (16/8/2024).

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan pihaknya menyambut positif postur dan RAPBN 2025 yang telah disusun oleh pemerintah, di mana  pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2% dengan inflasi terkendali di angka 2,5% dan tetap menjaga defisit anggaran sekitar 2,53% dari GDP.

“Kebijakan pemerintah yang akomodatif dalam menjaga perekonomian domestik tetap stabil dan tumbuh baik, tentunya akan mendorong pertumbuhan industri perbankan,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (19/8/2024).

Tercatat, sampai dengan Juni 2024, kredit perbankan tumbuh 12,36% yoy, ditengah kondisi perekonomian yang masih baik dan inflasi yang terjaga.

Adapun, kata Sigit, rencana kerja Bank Mandiri tahun 2025 akan disusun pada awal kuartal IV/2024. Namun demikian, menurutnya perseroan akan menjaga pertumbuhan bisnis tetap di atas industri untuk terus memperkuat posisi di pasar.

“Dengan melihat pencapaian yang baik hingga pertengahan tahun ini, Bank Mandiri optimis dapat tumbuh sesuai dengan guidance pertumbuhan kredit konsolidasi kami di tahun 2024 yaitu sebesar 16%-18%,” ujarnya. 

Sebelumnya, Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Indef Abdul Manap Pulungan menilai asumsi makro yang telah disampaikan pemerintah nyatanya belum cukup kuat dalam menggerakkan bank untuk berekspansi hingga tahun depan. 

Apalagi, kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada 2025 tentu berpotensi menggerus daya beli masyarakat.

“Kalau daya beli masyarakatnya menurun berarti kan konsumsi terhadap barang-barang jasa akan melambat, tentu perusahaan tidak akan ekspansi dong, karena ekonomi sebagian besar kita ditopang oleh konsumsi rumah tangga atau kekuatan domestik,” ujarnya kepada Bisnis. 

Lalu, apabila kondisi ekonomi domestik stagnan atau tidak berkembang, maka ini menjadikan tantangan tersendiri bagi bank untuk meningkatkan jumlah pinjaman yang mereka salurkan.

“Kalau ekonomi domestik tidak bergerak, ini pasti agak sulit untuk mendongkrak permintaan kredit,” ungkapnya. 

Lebih lanjut, menurutnya pertumbuhan kredit di segmen ritel dan konsumsen diproyeksikan masih tinggi tapi tidak setinggi yang diekspektasikan, ini lantaran kenaikan PPN yang akan menghajar semuanya. 

“Orang akan mengurangi konsumsi dulu gara-gara ada kenaikan PPN tadi,”ucapnya. 

Alhasil, saat ini pemangkasan suku bunga acuan terasa sangat diperlukan agar dapat mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Di sisi lain, menyoal target kredit bank, Abdul menyebut hal ini akan sangat dipengaruhi oleh rencana bisnis bank itu sendiri. 

“Kalau kredit sih akan berpengaruh dilihat dari rencana bisnis bank, karena itu menjadi patokannya [bank],” ujarnya.

Adapun, dalam situasi ekonomi saat ini, seharusnya target kredit dapat ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, Abdul juga menyampaikan kekhawatirannya jika menetapkan target yang terlalu tinggi bisa menjadi tantangan jika kondisi ekonomi tidak mendukung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini