Bos BI Beberkan Arah Penyesuaian Suku Bunga SRBI

Bisnis.com,22 Agt 2024, 11:43 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kiri) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti memberikan keterangan terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (21/8/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan arah penyesuaian suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang sebelumnya disebut-sebut lebih menarik dari Surat Berharga Negara (SBN). 

Pasalnya, pada bulan lalu Bank Dunia menyoroti SRBI dinilai telah menimbulkan konsekuensi yang sebelumnya tidak terduga. Sebagai instrumen dengan imbal hasil yang lebih tinggi, SRBI dinilai telah menyaingi instrumen SBN yang diterbitkan oleh pemerintah.

Perry menjelaskan bahwa kecenderungan suku bunga ke depannya baik SRBI maupun SBN mengikuti arah imbal hasil atau yield dari US Treasury. Di mana SRBI mengikuti US Treasury jangka pendek atau tenor 2 tahun, sementara SBN mengikuti tenor 10 tahun. 

“Kalau yang 2 tahun akan sangat berkorelasi dengan rencana FFR turun. Sementara kalau yang 10 tahun, itu memang ada korelasinya dengan FFR, tapi juga ada faktor pembiayaan fiskal di Amerika Serikat,” ungkapnya dalam konferensi pers, Rabu (21/8/2024). 

Tercatat suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 16 Agustus 2024, masing-masing pada level 7,05%, 7,14%, dan 7,20%. Terpantau lebih rendah dari posisi 12 Juli 2024 yang masing-masing pada level 7,30%, 7,39%, dan 7,43%. 

Hal tersebut sejalan dengan lebih tingginya yield US Treasury jangka pendek dibandingkan dengan tenor jangka panjang.

Meski adanya penurunan yield, Perry menekankan bahwa SRBI tetap dapat menarik aliran masuk modal asing.

Setelah sebelumnya SRBI menarik aliran modal asing cukup melimpah dengan yield yang menarik, investor kini mulai kembali pada SBN. 

Per 19 Agustus 2024, tercatat bidding yang masuk di SBN Rp104 triliun, dengan lelangnya Rp22 triliun, dan dimenangkan Rp27 triliun. 

“Jadi sekarang memang minat investor asing itu yang semula ke SRBI, tetap minatnya juga ke SRBI. Tetapi juga semakin banyak yang minatnya untuk membeli SBN. Alhamdulillah koordinasi kami dengan Kementerian Keuangan itu sangat sangat erat,” tegas Perry. 

Untuk diketahui, SRBI menjadi alat untuk menstabilkan rupiah yang BI luncurkan pada pertengahan September 2023 lalu. 

Surat berharga ini merupakan surat utang jangka pendek Bank Indonesia dengan jaminan SBN yang dibeli dari pemerintah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini