BNI (BBNI) Jelaskan Penyebab Terlambat Publikasi Laporan Keuangan

Bisnis.com,22 Agt 2024, 19:08 WIB
Penulis: Arlina Laras
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Jumat (30/12). /Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menjadi bank terakhir dalam kategori bank jumbo yang mempublikasikan laporan keuangan semester I/2024. Adapun, publikasi laporan keuangan BNI saat ini memang berbentuk limited review. 

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan hal ini masih sesuai dengan regulasi, yakni POJK.03/2019 Tahun 2019 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank. 

Dia menjelaskan, review laporan keuangan untuk BNI sendiri dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Rintis, Jumadi, Rianto & Rekan yang merupakan jaringan global PwC.

“Adapun, pelaksanaan limited review ini adalah bagian dari aksi korporasi yang bertujuan untuk memperkuat anak perusahaan kami, yang tentu hal ini sudah masuk dalam rencana bisnis bank tahun ini,” ujarnya dalam Konferensi Pers Semester I/2024, Kamis (22/8/2024). 

Di sisi lain, Novita menyampaikan di tengah kondisi perekonomian global yang menantang dan tidak stabil, membuat laporan keuangan limited review ini memberikan manfaat tambahan, misal jika perseroan perlu menyerap likuiditas dari pasar melalui instrument pasar modal.

Langkah ini bersifat antisipatif dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi makro dan kebutuhan likuiditas. 

Sebagaimana diketahui, BNI membukukan laba bersih konsolidasi senilai Rp10,7 triliun pada semester I/2024. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, laba ini tumbuh 3,8% secara tahunan (YoY) dari Rp10,3 triliun. 

Berdasarkan presentasi keuangan, pada semester I/2024, BBNI tercatat menyalurkan kredit senilai Rp726,98 triliun, naik 11,71% YoY dari Rp650,77 triliun. 

Adapun, himpunan DPK tercatat tumbuh 0,96% YoY dari Rp765 triliun menjadi Rp772,32 triliun. Dana murah atau current account saving account (CASA) bank juga naik 2,51% yoy menjadi Rp545,69 triliun dari sebelumnya Rp532,34 triliun.

Sementara itu, dilansir dari laporan keuangannya, BNI membukukan penyusutan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) 7,43% yoy menjadi Rp19,07 triliun pada semester I/2024 dari sebelumnya Rp20,6 triliun pada semester I/2023. 

Penyusutan NII disebabkan beban bunga yang membengkak 35,17% yoy menjadi Rp13,1 triliun dari sebelumnya Rp9,69 triliun. Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank pun susut dari 4,58% pada Juni 2023 ke level 4,02% pada Juni 2024. 

Meski begitu, laba bank terdorong oleh pendapatan berbasis komisi atau fee based income yang meningkat 5,74% yoy menjadi Rp4,96 triliun pada semester I/2024 dari sebelumnya Rp4,69 triliun. Pendapatan lainnya pun tumbuh signifikan 27,03% yoy menjadi Rp2,86 triliun dari sebelumnya Rp2,25 triliun.

Beban kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) pun menyusut dari Rp4,53 triliun pada semester I/2023 menjadi Rp3,38 triliun pada semester I/2024. 

Seiring dengan kenaikan kredit, aset pun ikut terkerek menjadi Rp1.072,45 triliun pada Juni 2024 naik 4,62% yoy dari Rp1.025,09 triliun pada Juni 2023. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross juga turun menjadi 1,98% dari 2,45%. NPL net juga stagnan di level 0,62%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini