BTPN Syariah (BTPS) Ungkap Strategi Pembiayaan kala Ekonomi Melambat

Bisnis.com,27 Agt 2024, 17:50 WIB
Penulis: Reyhan Fernanda Fajarihza
Pejalan kaki berjalan melewati logo PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk atau BTPN Syariah di Jakarta, Senin (13/1/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) mengungkapkan strategi penyaluran pembiayaan yang dilakukan perseroan di kala pertumbuhan ekonomi RI melambat.

Direktur Kepatuhan BTPN Syariah Arief Ismail menjelaskan bahwa menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi RI per semester I/2024 tercatat melambat ke level 5,05%, meskipun terjadi deflasi sepanjang Mei hingga Juli 2024. Hal ini dinilai menjadi situasi menantang, khususnya bagi segmen ultra mikro.

"Bank berupaya menjaga kualitas dengan selektif menyalurkan pembiayaan, sekaligus melakukan pendampingan lebih intensif kepada nasabah,” katanya dalam paparan Public Expose Live 2024 secara virtual, Selasa (27/8/2024).

Dengan demikian, Arief meyakini bahwa upaya tersebut dapat menjaga kualitas bisnis, sehingga perbankan syariah dapat tetap tumbuh secara berkelanjutan.

Sementara itu, Direktur Keuangan BTPN Syariah Fachmy Ahmad memaparkan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi Covid-19 belum sepenuhnya merata. Menurutnya, kelompok masyarakat menengah ke bawah masih mengalami tantangan untuk kembali pulih.

“Dari sisi indeks produktivitas industri, pencapaian industri usaha mikro masih di bawah sebelum pandemi, sementara produktivitas usaha menengah-besar sudah menunjukkan pemulihan berarti,” katanya dalam kesempatan yang sama.

Itu sebabnya, selain lebih selektif dalam penyaluran pembiayaan, BTPN Syariah berupaya memperkuat pendampingan terhadap nasabah segmen ultra mikro dalam menghadapi situasi ekonomi yang ada.

Sebagai informasi, PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) mencetak laba bersih Rp522 miliar pada semester I/2024, ditopang oleh penyaluran pembiayaan sebesar Rp10,44 triliun. Sementara, pada periode yang sama tahun lalu, laba bersih perseroan senilai Rp753 miliar dengan pembiayaan senilai Rp12,09 triliun.

Pada saat bersamaan, emiten bank syariah yang melantai di Bursa Efek Indonesia sejak 2018 ini membukukan return on asset (ROA) sebesar 6,6% serta rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 50,1%.

Berdasarkan data Statistik Perbankan OJK, tingkat pengembalian aset atau ROA perbankan umum pada periode Mei 2024 tercatat sebesar 2,56%, dari posisi pada akhir 2023 sebesar 2,74%.

Adapun, rasio pemenuhan kecukupan modal minimum perbankan umum pada Mei 2024 tercatat sebesar 26,17%, dari posisi 27,65% pada Desember 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini