Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI (BBRI) mengungkapkan penyebab porsi penyaluran kredit ke segmen mikro yang menurun per semester I/2024.
Sebagai catatan, BRI memang menjadi bank yang paling banyak menyalurkan kredit ke segmen UMKM, di mana per semester I/2024 perseroan telah menyalurkan kredit Rp1,336,78 triliun, dengan 81,96%-nya disalurkan ke segmen UMKM.
Berdasarkan presentasi perusahaan, komposisi kredit mikro BRI mencatatkan porsi 46,6% dari total kredit per semester I/2024, menurun dari 48,1% pada semester I/2023.
Tak hanya itu, penyusutan juga terjadi pada porsi segmen kredit small alias kecil menjadi 17,4% dari sebelumnya 18,9%. Sementara itu kredit dengan segmen medium mencatatkan peningkatan porsi yakni 3,1% dari 2,6%.
“[Turun] hampir 150 basis poin, karena untuk segmen mikro saat ini kami fokus pada penagihan dan memprioritaskan agar kualitas asetnya yang artinya dalam keadaan lancar,” ujarnya dalam Public Expose Live, Kamis (29/8/2024).
Kemudian, soal capaian pinjaman mikro bank only pun tumbuh terbatas menjadi 5,7% yoy per Juni 2024, melambat dibanding tahun lalu yang mampu tumbuh 10,4%, hal ini terjadi karena demand yang melemah dan manajemen fokus pada kualitas aset dan recovery.
Pada saat yang sama, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno juga menyampaikan bahwa BRI sedang menerapkan sejumlah kebijakan baru untuk segmen mikro yang efektif pada kuartal II/2024. Adapun, kebijakan tersebut akhirnya memberi dampak bagi pertumbuhan segmen hingga akhir tahun dan kemungkinan berlanjut pada 2025.
Dia menyebut, di segmen ini perseroan berfokus pada upaya perbaikan kualitas aset melalui penagihan, baik pinjaman yang masih ada di balance sheet dan yang sudah dihapus buku.
“Kami mengharapkan pinjaman mikro tahun ini dan tahun selanjutnya akan didorong oleh Kupedes," harapnya.
Sementara itu, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari juga ikut menambahkan bahwa pertumbuhan kredit mikro yang mini ini lantaran pihaknya telah memperketat standar pemberian pinjaman dan mewajibkan loan officer dengan rasio NPL lebih dari 5% untuk fokus pada penagihan dan pendanaan.
Kata Supari, langkah BRI ini telah menjadi respons dalam menghadapi situasi makro yaitu daya beli masyarakat yang masih tertekan, konsumsi masyarakat yang masih melemah dan adanya scarring effect imbas Covid-19 sejak 2020 yang belum selesai.
“Pertumbuhan yang moderat ini dorong oleh Kupedes yang meningkat 16,1% yoy karena kami kembali fokus pada core pinjaman mikro komersial yang disebut Kupedes yang lebih profitable,” tutur Supari.
Sebenarnya tak hanya BRI, sederet bank juga mencatatkan porsi kredit UMKM yang kian susut pada enam bulan pertama 2024.
Misal di PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang membukukan pembiayaan UKM mencapai 13,7% per semester I/2024, angka ini turun dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 14%. Meski demikian, secara nilai, BCA masih mencatatkan pertumbuhan kredit UKM sebesar Rp114,4 triliun pada Juni 2024, naik 12,7% yoy dari sebelumnya Rp107,9 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan penurunan daya beli dan kondisi makroekonomi yang kurang menguntungkan menjadi faktor utama yang mempengaruhi kinerja penyaluran UMKM perseroan.
“Kredit itu harus melihat situasi dan kondisi makro. Kalau bagus, pencet gas. Kalau memang kurang bagus, permintaan juga enggak ada,” ujarnya Rabu (7/8/2024).
Jahja menjelaskan bahwa saat ini BCA tidak dapat menyalurkan kredit UMKM secara agresif karena pergerakan modal kerja yang stagnan. Oleh karena itu, BCA berupaya mendongkrak penjualan UMKM melalui berbagai inisiatif, termasuk BCA UMKM Fest.
“Kalau kerjanya menurun, maka UMKM tidak perlu tambahan kredit. Tapi begitu omzetnya meningkat, pasti butuh tambahan kredit. Oleh sebab itu kita mau bantu mereka jualan, ini dulu kita mau coba dorong,” ujarnya.
Selanjutnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga mencatatkan kredit segmen UKM sebesar Rp82,43 triliun pada kuartal II/2024 atau porsinya hanya 5,38% dari total kredit Mandiri. Dibanding periode yang sama tahun lalu, kredit segmen UKM Mandiri mencapai Rp72,36 triliun atau porsinya mencapai 5,69% dari total kredit Mandiri.
“Tapi kembali lagi, porsi UMKM-nya Mandiri kan secara portofolio tidak besar. Kami fokus kepada core competence sebagai wholesale bank saja,” ujar Direktur Keuangan & Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo, Selasa (30/7/2024).
Penyusutan juga terjadi pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang mencatatkan kredit ke segmen UKM sebesar Rp80 triliun per Juni 2024, turun 11,2% yoy dari periode tahun lalu Rp90,1 triliun per Juni 2023.
Masih dalam presentasi yang sama, porsi kredit small alias kecil tercatat 11% per Juni 2024, dari sebelumnya 13,8% dari total kredit. NPL pun naik dari 3,8% per Juni 2023 menjadi 42% per Juni 2024.
“Kami mengurangi ekspansi pinjaman ke UKM untuk fokus pada kualitasnya,” tulis manajemen yang dikutip Kamis (29/8/2024).
Senior Faculty LPPI Amin Nurdin mengatakan penyebab porsi kredit UMKM kian susut adalah UMKM belum 100% pulih pasca Covid-19.
"Bank pun jadi lebih berhati-hati karena kondisi tersebut," katanya kepada Bisnis pada Kamis (18/7/2024).
Sebelumnya, Amin juga menyebut meski kredit UMKM sempat mengalami perlambatan, akan tetapi mengenai prospek ke depan akan makin baik, mengingat pangsa pasar UMKM masih terbilang luas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel