Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan deflasi yang terjadi selama empat bulan berturut-turut dan penuran kelas menengah di Indonesia hingga kini tidak berdampak signifikan terhadap industri jasa keuangan di Indonesia.
Sebagai informasi, pada Agustus 2024, Indonesia mencatatkan deflasi sebesar 0,03% month to month (mtm). Realisasi ini mencatatkan deflasi dalam empat bulan beruntun sejak Mei 2024.
Tidak hanya mengalami deflasi beruntun, penurunan jumlah kelas menengah juga menjadi sorotan. BPS melaporkan sekitar 9,4 juta penduduk kelas menengah turun ke kelompok aspiring middle class selama periode 2019 hingga 2024.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan di tengah kondisi perlambatan ekonomi global, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh 5,05% YoY pada kuartal II/2024. Sementara, meskipun ada deflasi, tetapi inflasi inti tetap naik 1,91% secara tahunan.
Mahendra menilai, hal tersebut masih menunjukkan permintaan tetap ada peningkatan serta pertumbuhan ekonomi Indonesia masih menjadi kabar yang baik.
"Khusus sektor jasa keuangan, kredit bank secara menyeluruh masih tumbuh 12,4% YoY dan pembiayaan perusahaan pembiayaan 10,53% YoY pada Juli 2024 secara YoY. Pertumbuhan dan kinerja jasa keuangan tetap terjaga baik," ujarnya dalam Konferensi Pers Hasil RDK OJK Agustus 2024, Jumat (6/9/2024).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi domestik diiringi oleh jasa keuangan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terjadinya deflasi dan penurunan kelas menengah tidak memperlihatkan dampak signifikan terhadap industri jasa keuangan.
"Kita berharap tentunya tidak terjadi dampak signifikan dan kita berharap kinerja di sektor jasa keuangan dan ekonomi secara umum terjaga dengan baik," lanjutnya.
Lebih jauh, OJK terus melakukan berbagai langkah antisipasi potensi adanya dampak negatif terhadap industri jasa keuangan, antara lain bekerja sama dengan pemerintah maupun KSSK untuk menjaga stabilitas sektor keuangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel