Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan atau multifinance untuk objek pembiayaan rumah tinggal per Juni 2024 sebesar Rp2,34 triliun.
Rinciannya, rumah tinggal baru pertama Rp292 miliar, rumah tinggal baru kedua dan seterusnya Rp42 miliar, rumah tinggal bekas pertama Rp1,74 triliun, dan rumah tinggal bekas kedua dan seterusnya sebesar Rp261 miliar.
Secara akumulasi, pembiayaan ke sektor rumah tinggal pada Juni 2024 turun 12,60% year-on-year (yoy) dibanding Rp2,68 triliun pada Juni 2023, atau turun 1,12% month-to-month (mtm) dibanding Rp2,37 triliun pada Mei 2024.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan tipikal pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah pembiayaan dengan jangka panjang. Menurutnya, perusahaan pembiayaan yang bermain di sektor rumah tangga akan menyesuaikan dengan kemampuan permodalan mereka.
"Ada [potensi pasarnya] tapi yang bermain di pembiayaan rumah tidak banyak. Perlu pinjaman jangka panjang," kata Suwandi kepada Bisnis, Selasa (10/9/2024).
Dia menjelaskan, pembiayaan rumah tinggal berbeda dengan pembiayaan kendaraan yang umumnya berjangka waktu lima tahun sementara pembiayaan rumah tinggal bisa sampai puluhan tahun.
"KPR butuh dana jangka panjang. Jadi, kalau bisa mengelola dana cash flow, tidak salah. Itu kan masing-masing [keputusan] perusahaan, ada yang di otomotif ada yang di KPR," kata dia.
Salah satu perusahaan pembiayaan yang mulai merambah segmen pembiayaan rumah tinggal adaah PT BFI Finance. BFI Finance baru saja meluncurkan produk pembiayaan KPR rumah seken atau bekas dengan bunga tetap dan jangka tenor 10 tahun.
Deputy Business Director BFI Finance Rudy Eddywidjaja mengatakan pihaknya belum mematok target pembiayaan tahun ini, tetapi hanya akan melihat bagaimana respons pasar atas produk baru tersebut.
"Jadi, memang kita masih mau tes market dari sisi demand masyarakat. Karena orang pembiayaan KPR kan identik sama bank. Jadi, BFI finance itu baru pertama kalinya. Jadi kita lebih cenderung untuk rebranding dulu," kata Rudy saat ditemui di Gandaria City Mall Jakarta, Senin (9/9/2024).
Apabila mengacu data OJK, pembiayaan untuk objek rumah tinggal memang paling besar adalah menyasar rumah tinggal bekas pertama. Nilainya per Juni 2024 mencapai Rp1,74 triliun, atau turun 2,64% mtm dibanding Rp1,79 triliun pada Mei 2024, dan turun 6,79% yoy dibanding Rp1,87 triliun pada Juni 2024.
Rudy memahami tantangan perusahaan leasing yang masuk ke pembiayaan rumah adalah jangka tenor yang lebih lama daripada pembiayaan kendaraan. Selain itu, faktor bunga juga bisa dibilang kurang kompetitif. Namun, pihaknya melihat potensi pasar pembiayaan KPR rumah cukup menjanjikan.
"Kalau saya melihat market untuk properti ini cukup baik. Karena memang kita tahu bahwa masih banyak masyarakat yang unbankable, atau mungkin juga secara persiapan belum bisa memenuhi kriteria bank, yang mana lembaga pembiayaan menyediakan itu," kata Rudy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel