Bisnis.com, JAKARTA — Industri asuransi menghadapi tantangan yang semakin sulit akibat efek perubahan iklim dan peningkatan frekuensi bencana alam.
Di satu sisi, nilai kerugian akibat bencana alam di dunia terus melonjak tinggi. Di sisi lain, perusahaan asuransi secara global harus menanggung risiko yang lebih besar lantaran harga proteksi reasuransi yang kian meninggi.
Dalam analisis teranyar yang dirilis Verisk, perusahaan pemodelan risiko, nilai kerugian tahunan akibat bencana alam atau eksposur secara global diperkirakan mampu mencapai US$151 miliar atau sekitar Rp2.328,24 triliun (kurs Rp15.418,85 per dolar Amerika Serikat).