Ada Peran SRBI di Balik Penguatan Rupiah ke Rp15.300-an

Bisnis.com,18 Sep 2024, 21:20 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) berbincang dengan Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kanan) dan Deputi Gubernur Doni P. Joewono di sela-sela konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Rabu (18/9/2024). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) merekam aliran modal yang masuk melalui instrument Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) berhasil mendorong stabilisasinilai tukar rupiah di level Rp15.300an per dolar AS, setelah beberapa bulan lalu sempat terjun menuju Rp17.000. 

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bank sentral terus berusaha menjaga stabilitas rupiah dengan intervensi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder, serta SRBI. 

"Kami sampaikan SRBI yang dibeli asing sampai sekarang sejak penerbitan itu Rp246,08 triliun yang ini mendukung inflow. Sehingga ini juga mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah," tuturnya dalam konferensi pers, Rabu (18/9/2024).  

Perry menilai rupiah yang saat ini stabil dan cenderung menguat menjadi buah kesabaran Bank Indonesia dalam menahan BI Rate 6,25% sejak Mei 2024. 

"Dengan langkah-langkah yang selama ini kita lakukan termasuk penerbitan SRBI, alhamdulillah puji tuhan rupiah menguat menjadi sekitar Rp15.300—15.400-an. Dulu kan rupiah sempat Rp15.600 bahkan pernah mencapai Rp16.700," jelasnya. 

Adapun, nilai tukar rupiah pada September 2024 (hingga 17 September 2024) menguat menjadi Rp15.330 atau menguat 0,78%  dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2024.

Penguatan rupiah ini tercatat lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti Won Korea dan Rupee India yang menguat sebesar 0,32% dan 0,13%. 

Dengan perkembangan tersebut, apabila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, nilai tukar rupiah juga terapresiasi sebesar 0,40%, lebih baik dibandingkan dengan dinamika mata uang regional seperti Rupee India dan Won Korea yang masing-masing masih mengalami depresiasi sebesar 0,66% dan 3,41%. 

Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan terus menguat sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas perekonomian.  

Untuk itu, seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI, untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk modal asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Wibi Pangestu Pratama
Terkini