Top 5 News Bisnisindonesia.id: Antara Ekspansi dan Beban Jiwasraya hingga Luka Pandemi Covid-19 di BPR

Bisnis.com,18 Sep 2024, 08:38 WIB
Penulis: Duwi Setiya Ariyanti
Karyawati melayani nasabah di kantor IFG Life, Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis, JAKARTA— PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) (BPUI) atau Indonesia Financial Group (IFG) mengatakan masih membutuhkan dukungan permodalan untuk menunjang kebutuhan dan penugasan holding asuransi dan penjaminan pada 2025 hingga tahun-tahun selanjutnya.

Dalam Rapat Dengar Pendapat di DPR, IFG membutuhkan dukungan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terkait dengan penguatan modal. Dalam hal ini terkait dengan penyertaan modal negara (PMN). Mengingat, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus mendapatkan persetujuan dari DPR.

Implementasi PSAK 117 di industri asuransi pun menggerus ekuitas di perusahaan asuransi. Hal itu juga terjadi secara global karena penerapan IFRS 17. Oleh sebab itu, ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan asuransi di bawah holding IFG. 

Simak ulasan singkat berita pilihan redaksi Bisnisindonesia.id lainnya dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id, Rabu (18/9/2024).

 

Antara Ekspansi & Beban Jiwasraya, IFG Sebut Butuh Suntikan Dana Lagi

IFG sebelumnya telah mendapatkan persetujuan PMN sebanyak Rp1 triliun untuk PT Jaminan Kredit Indonesia dan Rp2 triliun untuk PT Asuransi Kredit Indonesia pada 2025. PMN tersebut terkait dengan penugasan program KUR. 

Selain penguatan modal, Direktur Utama IFG Hexana Tri Sasongko menyebut aksi korporasi lainnya yang akan dilakukan IFG yakni peningkatan sinergi dan penataan bisnis.

IFG sendiri telah membawahkan beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang asuransi umum antara lain PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), PT Kerugiaan Jasa Raharja (Jasa Raharja), dan PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo). Bagaimana potret kinerja dan strategi IFG dengan potensi aliran dana segar? Simak berita selengkapnya di Bisnisindonesia.id.
 

Luka Pandemi Covid-19 Masih Berbekas di BPR

Industri bank perekonomian rakyat (BPR) masih menderita akibat luka selama pandemi Covid-19. Hal itu menyeret kinerja industri bank tersebut kendati status pandemi telah dicabut. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai kredit bermasalah BPR mencapai Rp16,46 triliun per Juni 2024. Nilai ini setara dengan 11,39% dari total kredit yang disalurkan.

Rasio NPL tersebut jauh di atas ambang batas atau threshold yang ditetapkan oleh regulator sebesar 5%. Apabila diperinci, total kredit macet BPR pada Juni 2024 mencapai Rp10,91 triliun, naik 29,87% YoY. Pada periode yang sama tahun sebelumnya atau Juni 2023, NPL BPR mencapai 9,27% dengan nominal NPL Rp12,58 triliun. Adapun, saat itu, total kredit macet sebesar Rp8,4 triliun.

Di tengah kenaikan rasio kredit bermasalah tersebut, industri BPR mencetak laba senilai Rp1,06 triliun sepanjang 2024 atau turun 25,68% secara tahunan dari realisasi periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp1,43 triliun. 


Impor Sapi & Susu Membengkak Jelang Pelantikan Prabowo - Gibran

Impor hewan hidup berupa sapi atau lembu, termasuk susu sapi mengalami pembengkakan pada Agustus secara year-on-year. Raihan ini diprediksi kian membengkang saat pemerintahan baru Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka mulai memimpin.

Sesuai visi-misinya, Prabowo akan menjalankan sejumlah program di antaranya makan bergizi gratis. Salah satunya turut mencakup program susu gratis untuk siswa. Sebagai ancang-ancang, pemerintah berencana mendatangkan 100.000 sapi perah demi merealisasikan rencana tersebut.

Rencana impor sapi tersebut merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman antara Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan Menteri Pertanian Brazil Carlos Favaro di Brasil, Kamis (12/9/2024).

Amran menyampaikan, kerja sama investasi pengembangan 100.000 ekor sapi perah di Indonesia akan dilakukan antara PT Asiabeef Biofarma Indonesia (Asiabeef) dengan Agropecuaria 31 (31 Group). Nilai investasi ditaksir mencapai Rp4,5 triliun.

Pecah Rekor Harga Emas ke Level Tinggi, Tren Bakal Berlanjut?

Harga komoditas logam mulia kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa seiring dengan ekspektasi Federal Reserve yang akan melonggarkan kebijakan moneternya untuk pertama kali dalam empat tahun.

Mengutip Bloomberg pada Selasa (17/9/2024), harga emas sempat naik sebesar 0,5% ke level tertinggi US$2,589.70 per troy ounce pada perdagangan Senin waktu AS. Adapun kenaikan tersebut melanjutkan reli 3,2% pada pekan lalu menjelang pertemuan The Fed pada 17-18 September.

Dalam pertemuan tersebut, the Fed diperkirakan bakal menurunkan suku bunga setidaknya 25 basis poin. Kendati begitu, terdapat perbedaan pendapat mengenai laju jalur pelonggaran bank sentral AS itu. Beberapa pedagang dan ekonom kini memperkirakan pengurangan setengah poin yang lebih besar pada minggu ini. Biaya pinjaman yang lebih rendah sering kali dianggap sebagai bullish bagi emas, karena tidak dikenakan bunga.
 

Gejolak di Tubuh Kadin Indonesia

Turbulensi melanda dunia usaha dan industri Tanah Air di tengah kontraksi Purchasing Managers’ Index atau PMI Manufaktur dan upaya pemerintah mencapai target investasi yang ditetapkan sebesar Rp1.650 triliun pada tahun ini.

Kamar Dagang dan industri (Kadin) Indonesia sebagai wadah pelaku usaha yang dilindungi oleh Undang-Undang No. 1/1987 sedang menghadapi gejolak setelah konvensi anggota luar biasa menggelar musyawarah nasional luar biasa atau Munaslub yang mengesahkan Anindya Bakrie sebagai ketua umum baru menggantikan Arsjad Rasjid.

Proses yang berlangsung sangat cepat, yakni konvensi pada Jumat (13/9/2024) dan dilanjutkan dengan Munaslub keesokan harinya, membuat kubu Arsjad hanya mampu menerbitkan surat yang menyatakan bahwa 21 pengurus Kadin daerah menolak penyelenggaraannya. Simak berita selengkapnya di Bisnisindonesia.id.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Duwi Setiya Ariyanti
Terkini