BI Guyur Insentif Likuiditas Rp256,1 Triliun ke Perbankan, Bank Swasta Terima Rp110,5 Triliun

Bisnis.com,20 Sep 2024, 10:21 WIB
Penulis: Arlina Laras
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kiri) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti menyampaikan paparan saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Rabu (18/9/2024). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan penyaluran insentif Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) telah mencapai Rp256,1 triliun hingga minggu kedua September 2024. Bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tercatat sebagai penerima terbesar dari insentif tersebut.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, bank BUMN menerima insentif KLM sebesar Rp118,6 triliun, diikuti oleh bank umum swasta nasional (BUSN) sebesar Rp110,5 triliun, bank pembangunan daerah (BPD) Rp24,4 triliun, dan kantor cabang bank asing (KCBA) Rp2,6 triliun.

Insentif ini disalurkan kepada sektor-sektor prioritas seperti hilirisasi mineral dan batu bara (minerba), pangan, UMKM, sektor otomotif, perdagangan, listrik, gas dan air (LGA), serta pariwisata dan ekonomi kreatif.

"Insentif KLM tersebut difokuskan pada sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi, terutama di bidang hilirisasi minerba, pangan, dan sektor-sektor strategis lainnya," ujar Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (18/9/2024).

Perry juga menyampaikan bahwa pertumbuhan kredit nasional tetap didukung oleh permintaan yang kuat dari korporasi, terutama di sektor padat modal. Namun, ia menambahkan bahwa permintaan kredit di sektor padat karya masih perlu ditingkatkan. Sementara itu, permintaan kredit rumah tangga, terutama di sektor properti, tetap terjaga. Sektor industri, LGA, dan pengangkutan juga menunjukkan pertumbuhan kredit yang solid.

Pada Agustus 2024, kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 10,75% year-on-year (yoy), 13,08% yoy, dan 10,83% yoy. Pembiayaan syariah dan kredit UMKM masing-masing tumbuh sebesar 11,61% yoy dan 4,42% yoy.

"Pertumbuhan kredit 2024 diproyeksikan berada di batas atas kisaran 10-12%," kata Perry.

BI juga akan terus memperkuat implementasi KLM, dengan fokus pada sektor-sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja, sektor tersier, serta sektor yang meningkatkan inklusivitas, khususnya kelas menengah bawah, sambil tetap menerapkan prinsip kehati-hatian.

Perry menambahkan, likuiditas perbankan pada Agustus 2024 masih memadai, tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang mencapai 25,37%. Selain itu, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Juli 2024 berada pada tingkat yang kuat sebesar 26,56%. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) terjaga rendah pada 2,27% (bruto) dan 0,79% (neto).

Ketahanan permodalan dan likuiditas perbankan, menurut Perry, juga didukung oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang baik, berdasarkan hasil uji ketahanan (stress test) perbankan.

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus bersinergi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk mengantisipasi risiko yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan," pungkas Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini