BCA (BBCA) Ungkap Tantangan Likuiditas di Masa Mendatang

Bisnis.com,24 Sep 2024, 04:00 WIB
Penulis: Reyhan Fernanda Fajarihza
Pekerja beraktivitas di dekat logo milik PT Bank Central Asia Tbk di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mengungkapkan tantangan terhadap likuiditas di tengah laju pertumbuhan kredit perbankan.

Bank Indonesia (BI) dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 18 September lalu melaporkan bahwa kredit yang disalurkan oleh perbankan tumbuh 11,40% secara tahunan (year-on-year/Yoy) per Agustus 2024.

“Saya pikir memang betul kalau perbankan itu kan pertumbuhannya single digit, sementara kreditnya dobel digit. Karena kalau ini terus-menerus meningkat, memang challenge-nya berada di likuiditas,” kata Direktur BCA Santoso kepada wartawan usai acara Gebyar Hadiah BCA 2024 di Jakarta Pusat, Senin (23/9/2024).

Lebih lanjut, Santoso menyebut bahwa kondisi likuiditas BCA saat ini masih ample alias cukup, kendati tidak memberikan perincian lebih lanjut.

Mengenai kondisi likuiditas ke depan, dirinya berharap bahwa roda bisnis yang dijalankan oleh bank dapat membaik seiring dengan berjalannya waktu. Dia juga menyinggung peran pemerintah dalam meningkatkan likuiditas perbankan dengan berlomba-lomba mendatangkan investor.

“Terutama kenapa kok pemerintah mendorong supaya investor masuk, itu salah satunya supaya likuiditas bisa terbantu. Ya karena ada fresh money,” tandas Santoso.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa  ketahanan sistem keuangan Tanah Air terjaga baik dengan likuiditas perbankan yang tetap memadai.

"Ini tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga [AL/DPK] yang tinggi sebesar 25,37%," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (18/9/2024).

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan tercatat sebesar 26,56%, sehingga mampu menyerap risiko dan mendukung pertumbuhan kredit.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) perbankan pada Juli 2024 terjaga rendah, sebesar 2,27% (bruto) dan 0,79% (neto).

Menurut Perry, ketahanan permodalan dan likuiditas perbankan juga ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga, sebagaimana hasil stress test perbankan terkini.

"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianus Doni Tolok
Terkini