Bank Mandiri Ungkap Kondisi Likuiditas Perbankan Sebelum BI Rate Turun

Bisnis.com,26 Sep 2024, 21:29 WIB
Penulis: Reyhan Fernanda Fajarihza
Pegawai merapikan uang rupiah di cash center Bank Mandiri di Jakarta.

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mengungkapkan bahwa kondisi likuiditas perbankan nasional masih ketat hingga Agustus 2024, seiring dengan pelambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Pertumbuhan DPK tercatat hanya sebesar 7% secara tahunan (year-on-year/YoY), sementara kredit tumbuh 11,4% YoY.

“Kondisi likuiditas perbankan secara umum cenderung masih relatif ketat,” kata Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Eka Fitria dalam sambutan Economic Outlook Bank Mandiri secara virtual, Kamis (26/9/2024).

Eka melanjutkan, hal ini juga terefleksi dari loan-to-deposit ratio (LDR) yang meningkat ke level 86,8%. Rasio ini digunakan perbankan untuk mengukur likuiditas dari perbandingan antara kredit dengan simpanan.

Kendati demikian, Bank Mandiri meyakini bahwa kondisi likuiditas menjelang akhir tahun akan terus membaik. Salah satu penopangnya ialah prospek peningkatan aliran dana asing di tengah tren suku bunga yang turun.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve dan Bank Indonesia (BI) sama-sama menurunkan suku bunga acuannya pada pertengahan September lalu. The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menjadi rentang 4,75%-5%, sedangkan BI menurunkan suku bunga acuan dari 6,25% menjadi 6%.

“Serta dukungan percepatan dan peningkatan belanja pemerintah sejalan dengan kebijakan pemerintah baru yang diperkirakan akan lebih ekspansif,” sambung Eka.

Terkait kinerja Bank Mandiri sendiri, dia menyampaikan bahwa perseroan berhasil membuktikan ketahanan dan adaptabilitasnya dengan mencatatkan realisasi kredit sebesar Rp1.532 triliun pada semester I/2024, tumbuh 20,5% yoy. Penyaluran kredit ini berada di atas rata-rata industri perbankan sebesar 12,36%. 

“Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tingginya permintaan kredit, Bank Mandiri tetap konsisten menjaga kualitas aset dengan menerapkan prinsip kehati-hatian,” tuturnya.

Sebelumnya, BI melaporkan bahwa DPK perbankan Tanah Air tumbuh 7% secara tahunan pada Agustus 2024. Deputi Gubernur BI Juda Agung menyiratkan bahwa dengan angka tersebut, pihaknya optimistis penyaluran kredit akan turut tumbuh dalam rentang 10-12% akhir tahun nanti.

“Kalau kita lihat ke depan bagaimana [pertumbuhan kredit] sisa tahun ini, pertama, pertumbuhan DPK juga masih tinggi di angka 7%,” katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (18/9/2024).

Lebih lanjut, dia menyebut bahwa perbankan masih memiliki alat likuid yang besar, ditandai dengan rasio alat likuid terhadap DPK (AL/DPK) yang sebesar 25,37%. Artinya, menurut Juda, porsi alat likuid dalam bentuk surat berharga negara (SBN) hingga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) terbilang besar.

Ketiga, ekspansi fiskal pemerintah biasanya di kuartal IV/2024 juga besar. Jadi ini ada potensi DPK juga akan naik,” imbuhnya.

Dia menambahkan, BI juga telah membuka jalan pendanaan non-DPK dengan kebijakan Rasio Pendanaan Luar Negeri Bank alias RPLN. Menurutnya, hal tersebut memungkinkan bank memperlebar ruang dengan menerima kucuran dana dari luar negeri.

“Terakhir, penurunan suku bunga yang tentunya ini akan mendorong demand for credit. Dan juga cost of banknya yang semakin murah,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini